Pakar: reboisasi lahan rawan longsor harus selektif

id longsor

Pakar: reboisasi lahan rawan longsor harus selektif

Ilustrasi (Dokumen Istimewa Tagana Kulon Progo)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Upaya reboisasi atau penghijauan pada lahan rawan longsor harus dilakukan secara selektif agar tidak justru memicu longsor, kata pakar geologi Universitas Gadjah Mada Bagus Bestari.

"Pencegahan longsor berbeda dengan banjir yang cukup diselesaikan dengan upaya reboisasi," kata Bagus, di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Bagus, banyak peristiwa longsor justru terjadi pada wilayah lereng dengan tingkat kerapatan vegetasi sangat tinggi.

Selain berfungsi mengikat tanah, tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi justru memberikan beban pada lereng karena lebih banyak menyimpan air hujan.

"Memang pohon berfungsi mengendalikan banjir, namun di sisi lain juga meningkatkan volume penyerapan air ke dalam tanah sehingga menjadi beban tanah," kata dia.

Dengan demikian, menurut Bagus, tingkat kerapatan vegetasi pada lahan rawan longsor seharusnya dikurangi. Selain itu, tanaman yang ditanam di lahan rawan longsor juga harus sering dipanen dan dipangkas.

Jenis tanaman untuk ditanam di lahan rawan longsor, menurut dia, sebaiknya diprioritaskan yang paling kuat mencengkeram tanah dengan perakaran yang dalam dan akar serabut yang banyak.

Karena itu, pola rehabilitasi lahan yang dicanangkan pemerintah dengan menanam minimal 700 pohon per satu hektare, seharusnya diterapkan secara selektif dengan memperhatikan kondisi kerawanan tanah. "Pola rehabilitasi lahan itu tidak bisa disamaratakan, seharusnya dipertimbangkan lahan yang dimaksud termasuk lahan kritis atau tidak," kata dia.

L007
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024