Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dinilai gagal mencapai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen pada tahun 2016.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo Astungkara di Kulon Progo, Jumat, mengatakan kegagalan pencapaian pertumbuhan ekonomi karena target 12 lapangan pekerjaan tak tercapai, seperti sektor pertanian dan jasa yang menurun serta sektor tambang.
"Nilai pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi hilang karena kewengannya berubah. Ini salah satu faktor dominan yang menyebabkan kekagalan pencapai target pertumbuhan ekonomi," katanya.
Ia mengatakan sektor pertanin masih cukup bagus meski mengalami penurunan. Sektor pertambangan yang awalnya menarik dan menciptakan lapangan pekerjaan, sekarang dengan kewenangan pindah dan dihentikan.
"Akibatnya, perekonomian di Kulon Progo melambat," katanya.
Astungkara mengatakan sektor yang banyak menyerap lapangan pekerjaan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah perhotelan, perdagangan, restoran, dan jasa.
Untuk itu, kata Astunkara, pemkab mengupayakan pembangunan infrastruktur segera terwujud sehingga mendongkrak lapangan usaha yang ada. Demikian, sektor-sektor yang ada mulai naik dengan posisi tersebut.
Ada pun infrastruktur yang akan dibangun yakni pembangunan kontruksi pasir besi yang info terakhir, investor Jerman yang akan berupaya membangun kontruksi.
Selanjunya, infrastruktur pelabuhan harus dipercepat. Dirinya mendapat informasi ada upayan Pemda DIY meminta pemerintah pusat, membiayai hal itu.
Selain itu, pemkab berharap percepatan pembangunan jalur jalan lintas selatan, pembangunan infrastruktur ke Borobudur (Jawa Tengah) segera teralisasi.
"Harapannya, lapangan pekerjaan di semua sektor tersebut bergerak," harapnya.
Ketua Fraksi Golkar DPRD Kulon Progo Widiyanto mengatakan Kinerja pembangunan daerah secara makro dapat ditunjukka dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Disamping itu yang perlu dicermati dan perlu mendapatkan perhatian tersendiri adalah pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian terhadap struktur ekonomi atau PDRB.
Menurut dia, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena sumber pendapatan sebagian besar masyarakat Kulon Progo berada di sektor pertanian.
"Ketika pertumbuhan ekonomi sektor pertanian paling rendah, sementara sektor pertanian paling banyak menampung profesi penduduk, maka berarti semakin menimbulkan kesenjangan kesejahteraan antar penduduk secara sektoral," katanya.
Menurut dia, pertumbuhan yang rendah di sektor pertanian, juga berdampak pada penyediaan lapangan kerja di sektor pertanian yang rendah. Sehingga sebagaimana yang terjadi di Kulon Progo, banyak masyarakat desa yang mayoritas sebagai petani dan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kondisi ini tentu berpotensi menimbulkan masalah baru yang lebih besar bagi kehidupan mereka. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa secara umum masyarakat petani di dalam mengelola potensi ekonominya masih sangat jauh dari optimal," katanya.
(U.KR-STR)
Berita Lainnya
Fundamental ekonomi Indonesia kokoh tahan pelemahan rupiah
Jumat, 19 April 2024 6:10 Wib
Pemerintah Indonesia menjaga investasi dampak konflik Iran-Israel
Rabu, 17 April 2024 6:19 Wib
Konflik Iran-Israel tak bawa dampak signifikan ekonomi RI
Senin, 15 April 2024 21:08 Wib
Ketum Kadin-Airlangga Hartarto rembuk tantangan ekonomi Indonesia
Jumat, 12 April 2024 8:05 Wib
MUI sebut zakat berdayakan ekonomi umat di Indonesia
Senin, 8 April 2024 12:05 Wib
Aktivitas ekonomi mudik Lebaran 2024 mencapai Rp386 triliun
Minggu, 7 April 2024 17:22 Wib
Akademisi sebut "mismatch" SDM ekonomi syariah di Indonesia jadi tantangan
Jumat, 5 April 2024 5:50 Wib
"War takjil' mengindikasikan ekonomi Indonesia baik, kata Kapolri
Rabu, 3 April 2024 2:18 Wib