Ratusan Diaspora Jawa akan bertemu di Yogyakarta

id Diaspora jawa

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Ratusan diaspora atau keturunan suku Jawa dari berbagai penjuru dunia akan bertemu di Yogyakarta dalam acara "Javanese Diaspora Event III" yang akan berlangsung 17-23 April 2017.

"Sampai sekarang ada 150 orang keturunan Jawa dari berbagai negara yang sudah konfirmasi datang," kata ketua Panitia Javanese Diaspora Event (JDE) III, Indrata Kusuma Prijadi saat jumpa pers di Benteng Vredebug, Yogyakarta, Jumat.

Menurut Indrata, JDE III dengan tema "Ngumpulke Balung Pisah" bertujuan memfasilitasi para keturunan suku Jawa yang sudah lama tinggal atau bahkan lahir di luar negeri untuk saling bertemu dan menengok kembali sejarah masa lalu para leluhur mereka yang berasal dari tanah Jawa.

"Mereka akan saling bercerita kisah dan pengalaman masing-masing sebagai sesama keturunan Jawa yang terpisah," tuturnya.

Acara yang akan berlangsung di Benteng Vredeburg Yogyakarta itu ditargetkan dihadiri 250 peserta dari mancanegara dan ratusan keturunan Jawa lainnya yang tinggal di dalam negeri.

Indrata menyebutkan, para peserta yang akan hadir antara lain berasal dari Suriname, Kaledonia Baru, Belanda, Meksiko, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, dan Hong Kong. Akan hadir pula, keturunan Jawa dari dalam negeri yang berdomisili di luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan.

Ia mengatakan sejak diselenggarakannya Javanese Diaspora pertama pada 2014, konsep acara memang dikemas dari, untuk dan oleh para diaspora. Para diaspora yang berasal dari berbagai negara rela mengeluarkan berbagai biaya akomodasi sendiri, mulai transportasi hingga penginapan.

"Kami sebagai panitia hanyalah fasilitator yang mengakomodasi keinginan para diaspora untuk temu kangen dan `tilik` (menengok) tanah leluhur," kata dia.

Indrata berharap JDE III akan menjadi momentum bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana penyebaran orang Jawa dan keturunannya hingga ke berbagai negara dan wilayah di Indonesia.

Hal itu nantinya akan dibahas dalam sarasehan bertema "Wong Jawa, Mbiyen, Saiki, Mbesuke" atau membahas mengenai orang Jawa dahulu, kini, dan masa depan.

Selain sarasehan, acara yang akan berlangsung selama tujuh hari itu di antaranya berlangsung pemutaran film dokumenter Javanese Diaspora, lomba "stand-up commedy" "waton jeplak", pengenalan baca tulis bahasa dan huruf Jawa, pemaparan filosofi Jawa, diskusi dan demonstrasi pencak silat, hingga dialog dengan Sultan HB X dengan bahasa Jawa ngoko atau kasar.

"Bahasa resmi yang kita pakai selama acara hanya bahasa Jawa ngoko dan bahasa Inggris. Kebanyakan keturunan Jawa yang menetap di luar negeri seperti Suriname memang hanya bisa bahasa Jawa ngoko," ucapnya.

Penghageng Tepas Keraton Ngayogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yudahadiningrat mengapresisasi inisiatif acara sekaligus kemauan para diaspora Jawa untuk menapaki kembali tanah leluhurnya.

"Meski sudah menjadi warga negara lain, namun masih ingat dan ingin mendatangi tanah tumpah darahnya sendiri yaitu Jawa," kata dia.

Menurut Yudahadiningrat, DIY menjadi lokasi yang tepat untuk penyelenggaraan acara itu karena menjadi satu-satunya provinsi yang paling merepresentasikan budaya Jawa dengan tata pemerintaha kerajaan yang masih aktif. "Sebagai keturunan Jawa tentu juga ingin bertemu Rajanya," imbuh.

Diaspora Jawa asal Suriname, Vonny sengaja datang lebih awal ke Yogyakarta. Ia yang datang bersama suaminya tidak ingin melewatkan kesempatan mengikuti Javanese Diaspora Event III untuk berbagi pengalaman dengan sesama diaspora Jawa.

"Saya senang karena saya merasa masih orang Jawa, dulu ingin ke Jawa tapi tidak bisa karena keterbatasan dana," kata Vonny dengan logat bahasa Jawa ngoko.***4***

(L007)