Sleman, (Antara) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Krido Suprayitno menyatakan wilayah setempat memiliki 12 ancaman bencana alam sehingga membutuhkan kesiapsiagaan masyarakat.
"Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meliputi lima kabupaten/kota memiliki sejarah panjang kebencanaan dan secara geografis, geologis, serta hidrometeorologis memiliki karakteristik alam yang menyimpan 12 ancaman bencana," kata Krido Suprayitno pada gladi lapang Sekolah Siaga Bencana di SDN Kejambon, Sleman, Rabu.
Menurut dia, salah satu upaya pengurangan risiko bencana yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk dapat mengenali, memahami, menyadari jenis ancaman bencana di sekitarnya.
"Dan yang terpenting adalah masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan meminimalkan risiko bencana," katanya.
Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan paradigma penanggulangan bencana tidak lagi di titik beratkan pada penanganan kedaruratan.
"Penanggulangan bencana lebih ditekankan pada upaya pengurangan risiko bencana sehingga menuntut kesiapsiagaan masyarakat termasuk sekolah. Mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Sleman. Oleh karena itu pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini," katanya.
Ia mengatakan mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah.
"Dalam setiap mitigasi bencana, dibutuhkan partisipasi dari semua pihak bukan hanya dari tim relawan namun juga seluruh komponen masyarakat termasuk pelajar. Pelajar juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana dengan harapan kesiapsiagaan tersebut dapat bermanfaat dalam mengantisipasi jatuhnya korban jiwa," katanya.
Menurut dia, sampai hari ini di Sleman sudah terbentuk 47 Sekolah Siaga Bencana (SSB) dan 30 Desa Tangguh Bencana (Destana).
"Pemilihan SD N Kejambon I untuk dibentuk sebagai SSB karena berdasarkan hasil pemetaan BPBD Kabupaten Sleman, sekolah tersebut berada dalam kawasan rawan bencana erupsi Gunung Merapi serta berfungsi sebagai sekolah penyangga (sister school) bagi sekolah yang berada di wilayah lebih atas," katanya.
Peresmian SSB ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pembukaan selubung papan nama SSB di depan halaman SD N Kejambon serta dalam Gladi tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU sekolah darurat antara SD N Kejambon dan SD N Tamanan dan penyerahan bantuan peralatan P3K.***4***
(V001)
Berita Lainnya
Pelaku wisata antisipasi bencana hidrometeorologi saat libur Lebaran 2024
Sabtu, 6 April 2024 17:22 Wib
BPBD Bantul meningkatkan kesiapsiagaan potensi cuaca ekstrem Lebaran
Kamis, 4 April 2024 16:52 Wib
40 RT dan lima ruas jalan tergenang banjir
Kamis, 4 April 2024 5:53 Wib
Surabaya diguncang gempa magnitudo 5,6
Rabu, 3 April 2024 17:38 Wib
241 fasilitas umum rusak akibat gempa Bawean, Jatim
Selasa, 2 April 2024 5:07 Wib
Jatim pasok terpal pengungsi gempa Bawean
Sabtu, 30 Maret 2024 6:36 Wib
Pelajar di Indonesia perlu peroleh pemahaman mitigasi bencana
Senin, 25 Maret 2024 20:56 Wib
3.756 warga korban banjir Demak mengungsi ke Kudus, Jateng
Senin, 25 Maret 2024 18:03 Wib