Bantul kembangkan desa wisata gerakkan perekonomian masyarakat

id desa wisata

Bantul kembangkan desa wisata gerakkan perekonomian masyarakat

Ilustrasi desa wisata (dok istimewa)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengembangkan desa-desa wisata di daerah itu sebagai upaya pemerintah daerah dalam menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar destinasi.

"Desa wisata yang kita kembangkan selain sebagai tujuan wisata alternatif selain pantai juga untuk menggerakkan ekonomi di masyarakat," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Bantul Jati Bayu Broto di Bantul, Rabu.

Menurut dia, di Kabupaten Bantul yang meliputi 75 desa sampai dengan saat ini sudah ada 38 desa wisata yang menawarkan paket wisata masing-masing sesuai dengan potensi yang dimiliki masyarakat yang sudah jadi tradisinya.

Ia mengatakan, desa-desa wisata itu selama ini juga sudah menerima kunjungan atau tamu wisatawan, sehingga memang bisa memecah konsentrasi wisatawan yang selama ini masih fokus ke objek wisata pantai atau destinasi lainnya.

"Dari 38 desa wisata ini separonya sudah mulai jalan, sudah mulai ada wisatawan rutin dengan sistem paket wisata. Kita tidak kenakan retribusi, tetapi kan dampaknya langsung di masyarakat, sehingga perlu terus kita kembangkan," katanya.

Jati mengatakan, saat ini instansinya juga sedang membuat mekanisme agar pelaporan kunjungan wisatawan ke desa wisata bisa rutin disampaikan ke dinas, mengingat sejauh ini belum ada data valid wisatawan, karena untuk menghitungnya juga tidak mudah.

"Kita sudah komuniksi dengan pengelola desa wisata, akan minta data mulai dari pelaku UMKM yang manfaatkan berapa, tenaga kerja berapa, kemudian berapa keluarga miskin yang terserap, serta berapa data kunjungan per bulan," katanya.

Menurut dia, ketika nanti data kunjungan wisatawan maupun masyarakat yang terangkat dengan adanya desa wisata itu, maka upaya promosi wisatanya akan bisa lebih maksimal, kemudian apa yang dibutuhkan masyarakat dan wisata akan nyambung.

"Kami juga sudah minta masukan-masukan apa yang dibutuhkan desa wisata. Salah satunya perlunya instruktur `out bond`, karena di wilayah mereka banyak dipakai `out bond` tapi menggunakan instruktur dari luar," katanya.
KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024