Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta memastikan kondisi air tanah di Kota Yogyakarta dalam kondisi baik dan mampu mencukupi kebutuhan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
"Dari hasil pantuan yang kami lakukan, kondisi air tanah dalam di Kota Yogyakarta masih baik dan mencukupi. Kondisi topografi Kota Yogyakarta sebagai cekungan menjadikan wilayah ini sebagai `penampung` air," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Senin.
Selama ini, Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta memanfaatkan tiga sumur pantau air tanah dalam yang ada di Tegalturi, Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasthy) dan di bagian utara Yogyakarta. Pemantauan dilakukan setiap hari.
Dari hasil pantauan yang sudah dilakukan, ketinggian air tanah dalam mengalami fluktasi yaitu berkurang hingga dua meter pada saat musim kemarau dan kembali ke ketinggian normal pada saat musim hujan.
"Bahkan, kami tidak bisa memonitor ketinggian air di sumur pantau Pasthy karena airnya meluap. Padahal kedalaman sumur pantau ini bisa mencapai 100 meter. Artinya, kondisi air tanah dalam di Kota Yogyakarta cukup baik," katanya.
Meskipun dalam kondisi baik, namun Suyana mengingatkan agar masyarakat tetap bijaksana dalam menggunakan sumber daya air tersebut dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan supaya kondisi air tetap terjaga.
Air tanah dalam berada di kedalaman lebih dari 70 meter dengan sumber air berasal dari pegunungan atau dataran tinggi dan bukan berasal dari aliran air permukaan.
"Air tanah dalam biasanya digunakan oleh industri atau hotel. Penggunaannya pun harus atas izin dan sepengetahuan kami," katanya.
Ia mencontohkan, di Kecamatan Gondomanan Yogyakarta sudah diterapkan aturan pembangunan sumur dalam yaitu wajib memiliki jarak antar sumur minimal 75 meter. Pengambilan air dari air sumur dalam juga dibatasi yaitu maksimal tiga liter per detik.
Hotel atau industri apapun yang menggunakan air sumur dalam bisa memberikan 10 persen debit air yang diambil untuk masyarakat di sekitar mereka. Pemberian air dilakukan secara gratis.
"Misalnya saja saat kemarau dan masyarakat kesulitan air karena air sumur dangkal mereka berkurang debitnya, maka hotel atau siapa saja yang menggunakan air tanah dalam bisa memberikan 10 persen dari total debit air mereka ke masyarakat di sekitar," katanya.
Hotel atau industri apapun yang menggunakan air sumur dalam juga diwajibkan membangun sumur resapan dengan jumlah tertentu di lingkungan sekitarnya untuk menjaga kelestarian air, khususnya air tanah dangkal.
(U.E013)
Berita Lainnya
WFF 2024 di Bali, Indonesia buka Museum Air di Tabanan
Kamis, 28 Maret 2024 15:22 Wib
Masjid Sheikh Zayed Solo-MUI edukasi pengunjung soal pemanfaatan air
Rabu, 27 Maret 2024 9:57 Wib
BRIN: Tak terkait banjir dengan isyarat kemunculan Selat Muria
Kamis, 21 Maret 2024 8:03 Wib
Polri mengirim pompa air atasi banjir di Jawa Tengah
Selasa, 19 Maret 2024 5:57 Wib
Dinas Kesehatan Bantul mengimbau jaga kecukupan air minum selama Ramadhan
Senin, 18 Maret 2024 11:06 Wib
Tiga pesawat tujuan Jeddah mengalihkan pendaratan ke Kualanamu
Senin, 18 Maret 2024 6:16 Wib
ULM pasang penjernih air untuk masyarakat pesisir
Senin, 18 Maret 2024 5:16 Wib
BRIN: Developer kota satelit harus pikirkan sanitasi
Kamis, 14 Maret 2024 8:12 Wib