Sultan minta dewan pendidikan tekankan aspek budaya

id Sultan

Sultan minta dewan pendidikan tekankan aspek budaya

Sri Sultan HB X (Foto: jogja.antaranews.com)

Yogyakarta (Antara) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta Dewan Pendidikan DIY menekankan penerapan nilai-nilai budaya lokal dalam menyusun bahan ajar bagi siswa.

"Saya berharap Dewan Pendidikan bersama Disdikpora DIY mampu menyusun mata ajar yang diderivasikan dari konsep pendidikan berbasis budaya, khususnya budaya Yogyakarta," kata Sultan di sela pengukuhan Pengurus Dewan Pendidikan DIY Periode 2017-2022 di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Jumat.

Menurut Sultan, mengingat subyek didik adalah manusia muda, maka mereka harus diedukasi dengan menangkal pengaruh negatif globalisasi agar tetap berakar pada budaya lokalnya sesuai perkembangan daya nalar siswa.

Ia menilai penerapan nilai budaya Yogyakarta dalam pendidikan kerap sebatas didiskusikan saja, namun masih kurang usaha untuk memerincikannya dalam mata pelajaran.

Selain memperhatikan aspek budaya, Sultan juga berharap Dewan Pendidikan periode 2017-2022 mampu meningkatkan mutu pendidikan di daerah itu mengingat fungsi utamanya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, serta mediator dalam memajukan pendidikan.

"Saya berharap bisa mengungkap akar masalah pendidikan di DIY sekaligus membuat skala prioritas solusi untuk meningkatkan mutunya," kata Sultan.

Ketua Dewan Pendidikan DIY Danisworo mengakui meski penanaman aspek kebudayaan masih perlu ditingkatkan, namun pada kenyataannya lulusan sekolah di berbagai jenjang dari Yogyakarta memiliki "unggah-ungguh" atau sopan santun yang berbeda dengan daerah lain.

"Alumni Yogyakarta kebanyakan berbeda, mereka masih memiliki unggah-ungguh," kata Danisworo yang menggantikan posisi Wuryadi di Dewan Pendidikan DIY.

Sementara itu, Penasihat Dewan Pendidikan DIY Muhammad Jazir mengikuti penerapan aspek kebudayaan lokal dalam konteks pendidikan masih belum sempurna. Hal itu antara lain ditandai dengan masih adanya pemisahan bahkan pembenturan antara materi pelajaran agama dengan budaya.

Menurut Jazir, kemampuan meresapi agama sekaligus budaya akan memunculkan keselarasan dalam interaksi sosial.

"Selama ini antara materi budaya dan agama ini terpisah, seharusnya bisa dikenalkan secara bersamaan. Belajar materi agama yang sumbernya dari Arab karena dirasa tidak ada hubungan dengan budaya lokal biasanya lalu dibenturkan," kata dia.

(L007)