Pengenalan SMA Bantul tidak menerapkan kegiatan baris-berbaris

id orientasi siswa

Pengenalan SMA Bantul tidak menerapkan kegiatan baris-berbaris

Ilustrasi masa pengenalan lingkungan sekolah (FOTO ANTARA)

Bantul (Antara) - Sejumlah sekolah menengah atas di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak menerapkan kegiatan baris-berbaris saat masa pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru ajaran 2017/2018.

Wakil Kepala SMA Negeri 1 Pajangan Heri Supartono di Bantul, Senin, mengatakan, pelaksanaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) tidak ada program baris-berbaris namun diisi dengan sosialisasi program sekolah dan pendidikan karakter.

"Materi yang disampaikan pada pengenalan sekolah ini seperti materi adiwiyata karena sekolah ini sekolah adiwiyata, kemudian materi penguatan pendidikan karakter dan budaya, tata tertib sekolah dan sebagainya," katanya.

Menurut dia, pelaksanaan MPLS bagi siswa baru di sekolahnya berlangsung selama tiga hari mulai Senin (17/7) hingga Rabu (19/7), dan dipastikan dalam jadwal tidak program baris berbaris. Total siswa baru yang ikuti MPLS berjumlah 160 siswa.

Ia mengatakan, kegiatan baris berbaris baru akan dibahas pekan depan, namun tidak semua siswa tergabung, karena kebetulan SMA Negeri 1 Pajangan mendapatkan jatah menjadi Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di pada 17 Agustus.

"Kegiatan baris-berbaris untuk Paskibra akan dilatih Koramil dengan pengawasan guru. Dan selama MPLS ini OSIS hanya membantu administrasi saja dan untuk pelaksanaan kegiatan murni guru yang mengampu," katanya.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 3 Bantul Endang Hardjanto mengatakan, kegiatan MPLS di sekolahnya diisi dengan aneka kegiatan seperti sosialisasi mengenai geng, narkoba, tata tertib dan peraturan lalu lintas dan sebagainya.

"Di SMA Negeri 3 Bantul ada siswa baru sebanyak 192 siswa. Dalam pelaksanaan MPLS, siswa tidak diperbolehkan membawa hal hal yang aneh-aneh layak perpeloncoan," katanya.

Ia mengatakan, karena SMA Negeri 3 Bantul merupakan sekolah berbasis budaya dan karakter, maka dalam MPLS siswa didorong mampu menjadi wakil duta seni seperti kakak kelas yang sudah menjadi wakil duta seni hingga Bali dan Lampung.

"Selain budaya, siswa baru didorong aktif dan mengenal lebih jauh mengenai Karya Ilmiah Remaja (KIR). Hal ini karena KIR menjadi unggulan di sekolahnya untuk meraih prestasi," katanya.

Sedangkan untuk daftar ulang sekolah, kata dia, belum membahas biaya apapun termasuk biaya sekolah, namun untuk pengadaan seragam, telah dirapatkan antarsekolah dengan perwakilan wali siswa yang disepakati ada perwakilan wali siswa yang mengkoordinir pengadaan seragam.

"Jadi sekolah tidak mengkoordinir pengadaan seragam sekolah. Orangtua membeli seragam siswa sendiri atau dikoordinir oleh perwakilan orangtua sekolah," katanya.

(KR-HRI)