Perkembangan perkotaan di DIY terkesan tidak terencana

id Yogyakarta

Perkembangan perkotaan di DIY terkesan tidak terencana

Tugu Yogyakarta (dok istimewa)

Yogyakarta (Antara) - Akademisi dan praktisi perkotaan menilai laju perkembangan kawasan perkotaan di DIY terkesan jauh dari perencanaan sehingga kawasan perkotaan tumbuh tidak tertata dan tidak terkendali.

"Perancangan pembangunan kawasan perkotaan baru dilakukan pada area lokal, belum didasarkan pada perencanaan dengan area yang luas. Akibatnya, perkembangan pembangunan terkesan kurang terencana," kata Ketua Program Studi Magister Arsitektur Universitas Islam Indonesia (UII) Suparwoko di sela "workshop" Rancang Kota Jogja Istimewa di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, DIY memiliki faktor keistimewaan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perancanaan kawasan perkotaan di wilayah tersebut, salah satunya adalah model penataan kawasan yang sudah diterapkan di Keraton Yogyakarta.

Suparwoko mengatakan, penataan kawasan Keraton Yogyakarta sudah dilakukan dengan struktur yang terencana dan tertata dengan baik. "Seharusnya, penataan yang diterapkan di keraton ini bisa dijadikan sebagai acuan saat menata kawasan perkotaan di DIY," katanya.

Selain penataan kawasan yang rapi dan terstruktur dengan baik, keseimbangan dengan lingkungan juga tergambar dari penataan yang diterapkan keraton yaitu dengan memberikan pohon perindang di tepi jalan.

"Ada banyak pohon yang bisa menegaskan keistimewaan DIY misalnya saja pohon Mentaok, Timoho, Ngasem dan banyak lagi. Akan lebih baik jika berbagai jenis pohon itu menjadi bagian dari penataan kawasan perkotaan," katanya.

Pada era 1920-an, Suparwoko menyebut bahwa penataan kawasan perkotaan di Yogyakarta dikategorikan sebagai penataan kawasan perkotaan terbaik ketiga di dunia. "Tetapi, perkembangannya saat ini menjadi tidak terkontrol," katanya.

Ia kemudian membandingkan penataan kawasan perkotaan dari berbagai kota lain di dunia seperti Amsterdam, Barcelona dan Madinah yang sudah menerapkan keseimbangan terhadap berbagai aspek.

"Misalnya saja keberadaan taman kota atau `green belt`, kawasan heritage yang harus dipertahankan, pusat kegiatan utama dan wilayah yang akan menjadi kawasan pengembangan. Semua harus dirancang dengan baik," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Affrio Sunarno mengatakan, arah perancangan Kota Yogyakarta akan didasarkan pada konsep Yogyakarta jaman dulu.

"Ada wacana untuk mengembangkan Yogyakarta pada konsep Kota Lama, yaitu menjadikan Yogyakarta sebagai daerah yang aman, nyaman, tenang, teduh dan sederhana," katanya.

Sedangkan Anggota Jaringan Penelitian Kota Yogyakarta Erny Februaria mengatakan, tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk menganalisa dan menyusun model inovasi perancangan perkotaan yang menegaskan karakter keistimewaan Yogyakarta.

Model perancangan tersbeut diharapkan dapat menjadi konsep atau panduan standar perancangan kawasan perkotaan di DIY.

(E013)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024