Pengembangan usaha pembuatan garam Bantul terkendala pemasaran

id garam

Pengembangan usaha pembuatan garam Bantul terkendala pemasaran

Sejumlah petani sedang mengangkut garam (antaranews.com)

Bantul (Antara) - Pengembangan usaha pembuatan garam di kawasan Pantai Samas, Desa Srigading, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala pemasaran sehingga saat ini sarana pembuatan garam tidak beroperasi.

"Dulu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sempat membuat sarana pembuatan garam di Samas, tetapi saya bertanya ke rekan DKP dan dijawab kalau itu dulu terkendala pemasaran," kata Lurah Desa Srigading Wahyu Widodo di Bantul, Rabu.

Ia mengatakan, karena terkendala pemasaran garam, maka hampir dua tahun lalu sarana pembuatan garam berupa bak penampung air laut yang dibangun pemerintah pada 2014 di Samas mangkrak setelah sebelumnya sempat beroperasi.

"Kata rekan dari DKP, bisa membuat tapi tidak bisa memasarkan, padahal kondisi sekarang ini kita sedang kekurangan garam. Iya mangkrak, makanya ke depan tempat pembuatan garam mau kita hidupkan lagi," katanya.

Sesuai informasi yang dia terima, yang mempunyai dan melaksanakan program pembuatan garam dengan uji coba di wilayah Samas tersebut adalah DKP dengan melibatkan kelompok nelayan setempat setelah diberi pelatihan.

"Sebenarnya kalau membuatnya itu biaya produksi tidak terlalu tinggi, dan itu bisa sebagai modal pertama. Jadi nanti kalau pemda tidak respon dengan baik saya punya rencana membuat sendiri, dengan Rp100 juta cukup," katanya.

Apalagi, lanjut dia, uji coba pembuatan garam di kawasan Samas yang dilakukan secara mandiri atau pribadi belum lama ini hasilnya menjanjikan dan tidak kalah dengan garam yang diproduksi di wilayah luar Bantul.

"Jadi saya berinisiatif secara pribadi melakukan uji coba dengan di bantu rekan UGM. Dan menurut penelitian dari UGM, garam di Samas lebih baik dari Jawa Timur, itu karena mereka sudah melakukan pendampingan di Jatim," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Mino Samudro Pantai Samas Bantul Sadino mengatakan, bantuan bak penampung air laut yang dibangun pada 2013 itu sudah berjalan selama dua tahun yaitu 2014 dan 2015, tetapi mulai 2016 tidak beroperasi karena cuaca tidak mendukung.

"Terakhir beroperasi kalau tidak salah sekitar tahun 2015, kemudian sejak 2016 sampai sekarang tidak operasional karena pengaruh kemarau basah," kata Sadino yang juga petani garam di kawasan Pantai Samas.

(KR-HRI)