Yogyakarta (ANTARA) - Peningkatan jumlah perpustakaan yang sesuai standar menjadi fokus program Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Tahun 2024 pada aspek standarisasi dan pengembangan tenaga perpustakaan.
Hal ini mengingat pemenuhan standar nasional perpustakaan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 masih menjadi tantangan di berbagai jenis perpustakaan di Indonesia.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan Tahun 2024 yang digelar di Hotel Grand Mercure Kemayoran Jakarta, Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, mengatakan fokus akreditasi perpustakaan akan lebih banyak pada perpustakaan sekolah sebagai jenis perpustakaan dengan jumlah terbesar di Indonesia yang mencapai angka 144.191 pada tahun 2023.
"Tahun ini kami targetkan ada lebih dari 1.000 asesor yang akan bergerak baik di pusat maupun daerah," katanya pada Rabu (15/5).
Selain itu, menurut Joko Santoso, penyederhanaan dan penyelarasan instrumen akreditasi juga dilakukan. "Instrumen akreditasinya kita simplifikasi agar bisa mendorong peningkatan jumlah perpustakaan yang terakreditasi," ujarnya.
Kepala Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2023 Novy Diana Fauzie mengatakan bahwa dalam sisi pemenuhan pustakawan yang kompeten, para pustakawan harus senantiasa memiliki keinginan mengembangkan diri dan kompetensinya sesuai standar.
"Sebagai seorang pustakawan, mengikuti lomba pustakawan berprestasi misalnya, bisa menjadi bagian dari self assessment untuk menilai sejauh mana kita telah melakukan tugas sebagai seorang pustakawan," katanya.
Saat ini, tenaga perpustakaan yang telah mengikuti sertifikasi baru 21 persen dan baru 81 persen di antaranya yang tersertifikasi kompeten.
Lebih lanjut, Novy menyebut di era perkembangan dan transformasi digital, pustakawan memiliki peran yang vital dalam pengembangan layanan digital perpustakaan. "Layanan digital perpustakaan merupakan hal mutlak karena sumber informasi sudah sangat berkembang ke arah digital," ujarnya.
Selain itu, kata Novy, pustakawan juga perlu melakukan pendampingan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Keterbatasan sumber daya yang menjadi hambatan dalam pengelolaan perpustakaan, menurut dia, dapat menjadi tantangan dalam proses pengembangan diri bagi pustakawan.
Saat ini, rasio ketercukupan tenaga perpustakaan juga membutuhkan perhatian. Jumlah tenaga perpustakaan dibandingkan jumlah perpustakaan di Indonesia masih belum mencukupi. Misalnya sesuai data Kajian IPLM dan Kajian ABK 2023, kekurangan tenaga perpustakaan pada perpustakaan sekolah mencapai 527.672 orang.
Di sisi lain, Kepala Perpustakaan SMAN 3 Jakarta sebagai Juara 1 kluster 2 Lomba Perpustakaan Sekolah/Madrasah Tingkat Nasional Tahun 2023, Yudi Hermunanto mengatakan dukungan berbagai pihak di dalam lingkungan sekolah menjadi yang paling penting dalam menghadapi akreditasi.
"Tidak hanya semata-mata dari kepala perpustakaan dan tim saja namun seluruh stakeholder mulai dari peserta didik, pendidik, orang tua siswa, alumni dan pengelola perpustakaan dan juga kepala sekolah. Kami tidak bisa bekerja sendiri untuk menciptakan perpustakaan yang baik, yang layak untuk para pemustaka," tuturnya.
Hal ini mengingat pemenuhan standar nasional perpustakaan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 masih menjadi tantangan di berbagai jenis perpustakaan di Indonesia.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan Tahun 2024 yang digelar di Hotel Grand Mercure Kemayoran Jakarta, Sekretaris Utama Perpusnas, Joko Santoso, mengatakan fokus akreditasi perpustakaan akan lebih banyak pada perpustakaan sekolah sebagai jenis perpustakaan dengan jumlah terbesar di Indonesia yang mencapai angka 144.191 pada tahun 2023.
"Tahun ini kami targetkan ada lebih dari 1.000 asesor yang akan bergerak baik di pusat maupun daerah," katanya pada Rabu (15/5).
Selain itu, menurut Joko Santoso, penyederhanaan dan penyelarasan instrumen akreditasi juga dilakukan. "Instrumen akreditasinya kita simplifikasi agar bisa mendorong peningkatan jumlah perpustakaan yang terakreditasi," ujarnya.
Kepala Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2023 Novy Diana Fauzie mengatakan bahwa dalam sisi pemenuhan pustakawan yang kompeten, para pustakawan harus senantiasa memiliki keinginan mengembangkan diri dan kompetensinya sesuai standar.
"Sebagai seorang pustakawan, mengikuti lomba pustakawan berprestasi misalnya, bisa menjadi bagian dari self assessment untuk menilai sejauh mana kita telah melakukan tugas sebagai seorang pustakawan," katanya.
Saat ini, tenaga perpustakaan yang telah mengikuti sertifikasi baru 21 persen dan baru 81 persen di antaranya yang tersertifikasi kompeten.
Lebih lanjut, Novy menyebut di era perkembangan dan transformasi digital, pustakawan memiliki peran yang vital dalam pengembangan layanan digital perpustakaan. "Layanan digital perpustakaan merupakan hal mutlak karena sumber informasi sudah sangat berkembang ke arah digital," ujarnya.
Selain itu, kata Novy, pustakawan juga perlu melakukan pendampingan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Keterbatasan sumber daya yang menjadi hambatan dalam pengelolaan perpustakaan, menurut dia, dapat menjadi tantangan dalam proses pengembangan diri bagi pustakawan.
Saat ini, rasio ketercukupan tenaga perpustakaan juga membutuhkan perhatian. Jumlah tenaga perpustakaan dibandingkan jumlah perpustakaan di Indonesia masih belum mencukupi. Misalnya sesuai data Kajian IPLM dan Kajian ABK 2023, kekurangan tenaga perpustakaan pada perpustakaan sekolah mencapai 527.672 orang.
Di sisi lain, Kepala Perpustakaan SMAN 3 Jakarta sebagai Juara 1 kluster 2 Lomba Perpustakaan Sekolah/Madrasah Tingkat Nasional Tahun 2023, Yudi Hermunanto mengatakan dukungan berbagai pihak di dalam lingkungan sekolah menjadi yang paling penting dalam menghadapi akreditasi.
"Tidak hanya semata-mata dari kepala perpustakaan dan tim saja namun seluruh stakeholder mulai dari peserta didik, pendidik, orang tua siswa, alumni dan pengelola perpustakaan dan juga kepala sekolah. Kami tidak bisa bekerja sendiri untuk menciptakan perpustakaan yang baik, yang layak untuk para pemustaka," tuturnya.