Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM) Bayu Dwi Apri Nugroho menyebut inovasi digital seperti teknologi citra satelit, big data, dan kecerdasan buatan (AI) menjadi solusi memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah ancaman krisis pangan global.
"Hadirnya inovasi menjadi salah satu jawaban masyarakat dalam mengatasi kebutuhan data yang akurat, nyata, dan realtime. Memang semuanya sekarang sudah harus berdasarkan data yang termonitor atau tertangkap dengan citra," ujar Bayu dalam keterangannya di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, pengembangan teknologi digital di bidang pertanian dapat membantu pemerintah memantau kondisi ketersediaan dan kebutuhan pangan secara lebih cepat dan akurat.
Bayu menilai luasnya wilayah Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam memperoleh informasi yang valid dan tepat waktu.
Karena itu, penerapan teknologi modern perlu difokuskan pada wilayah prioritas yang menjadi lumbung pangan nasional.
"Saya kira fokus penerapan teknologi ini dapat diawali melalui wilayah prioritas," ujarnya.
Bayu menyebutkan beberapa wilayah yang perlu dimonitor secara real time yakni Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP), seperti Papua Selatan, Papua, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, hingga kawasan barat seperti Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.
Dari sisi teknologi pertanian, kata dia, sistem modernisasi dapat membantu kinerja petani dan masyarakat dalam mengelola produksi pangan.
Namun, Bayu mengakui masih ada tantangan dalam pengembangannya, terutama pada aspek penyampaian informasi hasil sistem digital kepada petani.
"Karenanya yang perlu dikembangkan lagi adalah tata laksana penyampaian informasi yang dihasilkan oleh sistem ke target penerima," ujar dia.
Menurut dia, tingkat pendidikan dan kemampuan petani yang beragam menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam penerapan teknologi digital.
Cara dan alat penyampaian informasi, menurutnya, harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat pertanian agar hasil inovasi benar-benar dapat dimanfaatkan.
"Perlu dipikirkan bagaimana cara dan metodenya supaya tepat sasaran dan benar-benar membantu petani," kata dia lagi.
Di tengah tantangan pertanian seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan regenerasi petani yang masih rendah, ia menegaskan kebutuhan inovasi digital merupakan suatu keharusan.
"Setidaknya akan membantu memecahkan tantangan-tantangan di sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan," ujar Bayu.