Minum susu perlu disosialisasikan hingga Posyandu

id Minum susu perlu disosialisasikan hingga Posyandu

Minum susu perlu disosialisasikan hingga Posyandu

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan (Foto ANTARA)

Jogja (ANTARA Jogja) - Sosialisasi minum susu harus terus menerus dilakukan hingga tingkat pos pelayanan terpadu, karena konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini masih rendah, kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan.

"Konsumsi susu di Indonesia baru sekitar 11 liter per orang per tahun. Hal itu berarti rata-rata orang Indonesia hanya minum susu lima tetes per hari," katanya pada peringatan Hari Susu Nusantara 2012 di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, tingkat konsumsi susu Indonesia itu lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam yang mencapai 13 liter per orang per tahun, Thailand (22 liter), Malaysia (27 liter), Jepang (38 liter), Amerika Serikat (84 liter), dan Belanda (123 liter).

"Penyebab utama rendahnya konsumsi susu Indonesia itu adalah susu masih dianggap barang mewah, dan minum susu belum menjadi kebiasaan bagi masyarakat secara umum," ucapnya.

Padahal, kata dia, sejak dulu ada istilah empat sehat lima sempurna, yang kelima susu. Nilai itu kini sering terlupakan.

"Ketika saya kecil sekitar tahun 1960-an ada program sekolah memberikan susu gratis di SD, padahal saat itu zaman susah. Kita tidak kehilangan kebiasaan minum susu, dan hal itu yang tidak menghilangkan kecerdasan Bangsa Indonesia," tuturnya.

Ia mengatakan, masyarakat kini lebih senang minum susu olahan bubuk atau kental manis daripada mengonsumsi susu segar dari sapi perah. Kendala lain adalah Indonesia belum bisa swasembada susu dan masih impor, terutama dari Selandia Baru.

"Hal itu antara lain disebabkan hasil susu banyak yang terbuang karena penanganan pascapemerahan tidak baik. Industri pengolahan susu banyak yang tidak mau menerima hasil dari peternak sapi perah," tukasnya.

Menurut dia, untuk menyelesaikan masalah itu harus ada penciptaan pasar yang terjamin melalui program pemberian susu di sekolah.

Di sisi produksi, pemerintah juga akan meningkatkan kemampuan peternak melalui kredit lunak perbankan atau kemitraan dengan BUMN, BUMD, atau perusahaan swasta.

Selain itu, pemerintah juga akan mengimpor 2.300 sapi perah untuk meningkatkan produksi susu. Jumlah itu akan menambah sekitar 600.000 sapi perah se-Indonesia.

"Penanganan pascapemerahan susu juga harus dilakukan secara higienis melalui pasteurisasi, sehingga bisa dikonsumsi secara aman," katanya.
(B015*H010)