Idris Sardi merasa tidak kesulitan perankan Masnun

id idris sardi merasa tidak kesulitan

Idris Sardi merasa tidak kesulitan perankan Masnun

Idris Sardi (Foto antaranews.com)

Bojonegoro (ANTARA Jogja) - Maestro biola Idris Sardi (74) merasa tidak kesulitan memerankan tokoh seorang pejuang Kemerdekaan RI Masnun dalam film "Hasduk Berpola" yang pengambilan gambarnya sebagian besar di Bojonegoro dan lainnya di Surabaya, Jawa Timur.

"Saya ini seorang nasionalis, selain itu juga sudah pernah bermain film sebagai peran utama," katanya, di Bojonegoro.

Ia menuturkan dirinya pertama kali ikut bermain film berjudul "Pesta Musik Rebana", pada tahun 1963 dan kemudian sebagai peran utama dalam film  "Tiada Waktu Bicara", pada tahun 1974.

"Bagi saya, bisa bermain film lagi cukup unik, sebab saya sebagai peran utama film pada tahun 1974 dan bermain film lagi juga sebagai peran utama di usia 74 tahun," kata Idris yang pernah memimpin grup musik TNI, dengan pangkat Letkol Corp Ajudan Jenderal (CAJ) itu.

Ia mengaku tertarik memerankan peran utama film Hasduk Berpola yang kisahnya ditulis Bagas Bawono, warga Bojonegoro itu, karena menggambarkan nasionalisme.

Tidak hanya itu, menurut dia, kisah dalam film itu cukup bagus dan diperkirakan mampu menarik perhatian penonton, melebihi film sejenis yang pernah ada.

"Kedatangan saya ke Bojonegoro, juga membawa biola. Peran saya juga digambarkan sebagai seorang pejuang yang bisa bermain biola," katanya.

Ia mengatakan dirinya datang ke Bojonegoro sejak 9 Juni 2012, dan pengambilan gambar film untuk dirinya di Bojonegoro akan berakhir pada 21 Juni.

Di dalam film itu, kata dia dikisahkan dirinya sebagai seorang pejuang Kemerdekaan RI di Surabaya, setelah perang kemerdekaan yang gagal memperoleh tunjangan veteran, kemudian kembali ke Bojonegoro.

Di Bojonegoro, ia bekerja sebagai tukang tambal ban dan menetap di sebuah rumah di tepian Bengawan Solo. Di rumahnya, Masnun hidup bersama dengan anak perempuannya yang sudah menjanda yang diperankan Iga Mawarni, dengan dua anaknya, salah satunya Budi.

Dalam film ini, Budi nekat mengibarkan bendera merah putih milik kakeknya, di sebuah hotel di Surabaya, yang mengambarkan perobekan bendera di perang Kemerdekaan RI di Surabaya.

Ia menyebutkan pengambilan gambar sudah dilakukan di sejumlah lokasi, di antaranya Toko Nasional di Jalan Panglima Sudirman, yang menjual berbagai aneka barang kebutuhan pelajar, mulai peralatan pramuka, seperti hasduk, juga bendera, dan yang lainnya.

"Ada pengambilan gambar ketika saya bermain biola di rumah," katanya.

(KR-SAS)