Karawitan asal California meriahkan Festival Apeman Sosromenduran

id festival apeman

Karawitan asal California meriahkan Festival Apeman Sosromenduran

Ilustrasi festival apeman (antarafoto.com)

Jogja  (ANTARA Jogja) - Festival Apeman di Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen yang menjadi kegiatan rutin menjelang puasa tampil beda karena dimeriahkan kelompok karawitan yang anggotanya adalah warga Berkeley California, Amerika Serikat.

Kelompok yang menamakan diri Grup Sari Raras tersebut memainkan sejumlah lagu-lagu tradisional atau gending sepanjang acara Festival Apeman yang diikuti ratusan ibu-ibu dari 55 kelompok.

Sebanyak 20 orang warga asing tersebut tidak hanya memainkan berbagai instrumen gamelan saja, namun juga ada dua pesinden yang fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa.

"Irama gamelan ini sangat unik, eskotis, dan berbeda dengan instrumen musik lainnya. Ini yang membuat saya tertarik mempelajari gamelan," kata seorang pemain gamelan Henry, Minggu.

Ia mengaku belajar memainkan gamelan tersebut di Universitas California dengan pengajar dari Indonesia, Midiyanto.

Sementara itu, Seksi Acara Festival Apeman Sosromenduran Muhammad Taslim mengatakan, penampilan kelompok Sari Raras tersebut memberikan warna tersendiri dalam pelaksanaan festival tersebut tahun ini.

Membuat apem sebelum memasuki bulan Ramadhan, lanjut dia, memiliki makna tersendiri bagi warga, yaitu sebuah simbol untuk meminta maaf, selain untuk mendoakan orang tua atau saudara yang sudah meninggal dunia.

"Dari tahun ke tahun, jumlah peserta Festival Apeman ini pun selalu meningkat. Kegiatan ini juga sebagai upaya untuk menambah daya tarik wisata di Kota Yogyakarta," katanya.

Selama kegiatan berlangsung, Jalan Sosrowijayan yang menjadi pusat acara pun menjadi lebih ramai dari biasanya. Tidak hanya didatangi oleh warga sekitar dan wisatawan domestik, namun juga banyak wisatawan asing yang melihat secara langsung pelaksanaan festival.

Ratusan ibu-ibu tersebut memasak secara langsung apem dan kemudian menyajikannya. Apem yang sudah matang bisa dicicipi oleh siapapun tanpa harus membayar. Selain apem, disajikan pula sejumlah makanan tradisional lain seperti kolak dan ketan.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tri Kirana Muslidatun mengatakan, festival tersebut harus terus dilestarikan.

"Kegiatan ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun dan harus dilestarikan. Melestarikan budaya dengan konsep massal seperti ini tentu akan lebih menarik," katanya.

(E013)