Pak Raden prihatin kuantitas lagu anak

id pak raden prihatin kuantitas lagu anak

Pak Raden prihatin kuantitas lagu anak

Suyadi "Pak Raden" (Foto antaranews.com)

Jakarta (ANTARA Jogja) - Pencipta karakter Si Unyil dan pemerhati pendidikan anak, Pak Raden, prihatin dengan kuantitas minat menciptakan lagu anak yang masih sedikit dan banyak didominasi lagu orang dewasa dan percintaan sehingga dapat mempengaruhi perkembangan mental anak-anak.

"Ibu Sud dan AT Mahmud mengarang lagu anak berlandaskan kesukaan mereka dan suka melakukannya dengan harapan anak-anak bergembira dengan bernyanyi," kata Pak Raden yang memiliki nama asli Suyadi saat wawancara setelah menghadiri acara pembukaan Festival Bercerita KPBA X 2012 di Jakarta, Kamis.

Pak Raden mengatakan di zaman sekarang pencipta lagu "ogah" mengarang untuk anak dan khawatir bila lagu ciptaannya tidak laku di pasaran.

"Lihatlah Pak Kasur dan Bu Kasur yang membuat lagu karena kecintaan terhadap anak. Jadi saat studio rekaman meminta atau tidak mereka terus bikin lagu. Hal terpenting ialah anak-anak terus bernyanyi," kata Pak Raden.

Lagu anak memiliki kekhasan seperti ciptaan lagu dari Bu Kasur yang meramu lagu anak dengan singkat, pendek, gampang dinyanyikan, dan mudah dihafalkan. Kecenderungan lagu itu, sekali dinyanyikan anak, langsung hafal.

Pak Raden mengatakan sebelum tahun 2000, lagu dewasa memang banyak dan dinyanyikan anak kecil tetapi mereka juga memiliki porsi yang banyak dalam menerima lagu anak-anak.

Era 90-an memiliki jatah lagu anak yang cukup ideal. Dekade itu adalah masa keemasan lagu anak, misalnya Trio Kwek-kwek, Maisy, Cikita Meidi, Saskia, Geovani, dan masih banyak lagi.

Mereka sukses menjadi idola anak dan yang terpenting anak bernyanyi lagu anak.

"Sekarang saya prihatin dengan lagu-lagu yang tidak mendidik seperti lagu 'hamil duluan' yang berisi pesan yang tidak layak didengar atau bahkan dihapalkan anak, kata Pak Raden.

Saat ditanya mengenai masuknya budaya pop Korea, Pak Raden mengatakan budaya itu biarlah masuk ke Indonesia.
"Kita tidak bisa mengurung diri sendiri dari masuknya budaya luar. Pop Korea itu memiliki waktu edar tertentu, dan akan ada waktu meredup," katanya.

"Tidak selamanya. Sampai kapan? Kita ingat masyarakat Indonesia acapkali keranjingan budaya lain. Melayu pernah, India pernah, dan sekarang Korea. Tentu nanti akan ada pernah ini pernah itu, asal jangan keterluan," kata Pak Raden.

Murti Bunanta, Ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) mengatakan salah satu cara agar anak-anak tidak terlalu didominasi lagu orang dewasa adalah dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pentas anak sesuai porsinya.

"Jangan sampai anak terlalu dimanjakan dengan lagu-lagu yang berbau percintaan yang tidak mendidik," kata Murti.

(SDP-43)