Perajin kerajinan kayu kesulitan bahan baku

id Perajin kerajinan kayu kesulitan

Perajin kerajinan kayu kesulitan bahan baku

Ilustrasi kerajinan kayu (foto blogs.unpad.ac.id) (blogs.unpad.ac.id)

Gunung Kidul (ANTARA Jogja) - Perajin aneka kerajinan kayu bermotif batik di Desa Putat, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku sejak 2010.

"Sejak 2010, kami sudah mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku kayu jenis pulai dan albasia di sekitar pantai Rongkop karena persediaan semakin menipis," kata perajin aneka kerajinan kayu "Karya Manunggal", Purnama di Gunung Kidul, Kamis.

Ia mengatakan, harga kayu pulai dan albasia juga mengalami kenaikan. Yang biasanya Rp1,5 juta per truk, sekarang naik menjadi Rp3 juta hingga Rp4 juta. Selain itu, Karya Manunggal dan perajin aneka kerajinan kayu di Desa Putat mencari bahan baku ke Bayuwangi, Jawa Timur.

"Kami dan teman-teman perajin aneka kayu lainnya mencari bahan baku ke Jawa Timur karena bahan baku lokal sangat sulit dan harganya sangat mahal. Untuk meminimalkan biaya produksi, kami terpaksa mencari bahan baku ke Jawa Timur yang harganya masih murah," kata Purnomo.

Kata dia, Karya Manunggal membuat berbagai jenis kerajian kayu seperti topeng, berbagai jenis patung hewan, peralatan rumah tangga seperti baki, tempat tisu, lonceng kayu dan gantungan kunci.

Ia mengatakan, harga kerajinan kayu bermotif batik yang ditawarkan beranekaragam, mulai dari Rp7.000 hingga Rp150.000 per buah. Harga kerajinan tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan, ukuran dan motif batik pada setiap kerajinan.

Seperti topeng panji ukuran XL Rp60.000 per buah, ukuran L antara Rp35.000 hingga Rp45.000 per buah, dan ukuran M mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per buah.

"Kerajinan kayu motif batik tetap menggunakan standar mutu tinggi. Bahan bakunya juga sangat bagus, antijamur dan antirayap," kata dia.

(KR-STR)