Desa Banjarasri lakukan peremajaan tanaman kakao

id tanaman kakao

Desa Banjarasri lakukan peremajaan tanaman kakao

Tanaman kakao ditengah perumahan masyarakat Kabupaten Kulon Progo. (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (ANTARA Jogja) - Masyarakat Desa Banjarasri, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan peremajaan tanaman kakao karena usianya di atas 20 tahun.

"Mulai tahun ini, petani kakao melakukan peremajaan tanaman. Karena usia tanaman itu di atas 20 tahun menyebabkan tingkat produksi rendah. Tanaman kakao tersebut sudah dikembangkan sejak 1997," kata Kepala Desa Banjarasri, Wiwin Windarto di Kulon Progo, Selasa.

Ia mengatakan, pada 2011, dilakukan perluasan lahan tanaman kakao seluas 100 hektare dengan kapasitas 25.000 batang. Pusat pengembangan kakao yakni di dusun Lempang dan Puguh. Dusun ini, lahannya sangat sumbur dan sebagian masyarakat menerapkan monokultur tanaman.

"Untuk mendapatkan hasil panen kakao yang bagus, biasanya dilakukan penanaman secara monokultur. Selain itu, dilakukan pemupukan secara berimbang supaya harga produksi kakao tidak mahal," kata Wiwin.

Kata dia, pihaknya pernah melakukan pendampingan pengolahan kakao dari biji kering hingga bubuk. Tetapi tidak berlanjut, karena biaya produksi sangat tinggi seperti biaya bahan bakar dan listrik.

"Masyarakat pernah mengolah menjadi bahan setengah jadi atau bubuk kakao. Tapi biaya produksi lebih mahal dan keuntungan sangat sedikit. Saat ini berhenti total," kata Wiwin.

Harga bijih kering kakao, kata dia, mencapai Rp16.650 per kilogram. Tingkat produksi kakao setiap bulannya di Pasar Jagalan Kalibawang mencapai tiga ton.

Ia mengatakan, pemerintah desa selalu mendorong masyarakat untuk mengembangkan tanaman kakao. Hal ini, karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan prospek kakao sangat bagus.

"Tingkat produksi kakao memang mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi tanaman yang sudah tidak produkti lagi dan perlu adanya peremajaan dan pemupukan yang bagus. Kami terus mendorong dan mengimbau masyarakat untuk melakukan perawatan kakao supaya hasilnya maksimal dengan kondisi yang ada," kata Wiwin.

(KR-STR)