Usaha telur asin di Bantul cukup prospek

id telur asin

Usaha telur asin di Bantul cukup prospek

Telur asin buatan warga Desa Srihardono, Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Usaha produksi telur asin oleh sejumlah warga di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai kini cukup prospektif.

"Karena usaha itu masih tergolong skala rumahan maka kami memproduksi telur asin rata-rata baru 100 butir per hari,"kata produsen telur asin Rokhawati di Bantul, Selasa.

Menurut dia, produksi telur sebanyak itu karena menyesuaikan dengan telur yang dihasilkan dari bebek yang dipeliharanya. Dengan bebek sebanyak 100 ekor itu setidaknya tiap hari hanya bertelur satu butir tiap ekornya.

Ia mengatakan, telur asin produksinya tersebut disetor ke warung-warung tetangga maupun desa setempat, belum sampai keluar desa, karena untuk memenuhi kebutuhan warga setempat masih kurang.

"Kalau pesanan banyak saya sampai kewalahan penuhinya, seperti contoh kalau ada tetangga yang mau mengadakan hajatan itu pesanan banyak. Biasanya untuk memenuhi saya mengambil dari luar," katanya.

Menurut dia, telur asin produksinya dijual ke pedagang dengan harga Rp1.800 sampai Rp2.000 per butir, namun jika sudah sampai di warung harganya bisa mencapai Rp2.500 per butir. Dengan harga jual sebesar itu setidaknya dirinya bisa mendapat penghasilan Rp180.000 per hari.

Ia mengatakan, usaha yang dikembangkan sejak dua tahun lalu ini menjadi mata pencaharian pokok keluarga, karena di samping beternak bebek dirinya juga memanfaatkan telurnya untuk diolah menjadi lauk .

"Kalau bebek sudah tidak produktif menghasilkan telur, maka kita jual dan seterusnya. Ukuran bebek sudah tidak produktif dilihat dari waktu berselang saat bertelur yang makin lama, paling cepat berusia satu tahun bebek sudah tidak produktif," katanya.

Menurut dia, proses membuat telur asin dimulai dari telur mentah yang sudah dibersihkan direndam di dalam remukan batu bata basah yang sudah dicampur garam dengan perbandingan dua banding satu lebih banyak remukan batu bata.

"Setelah itu didiamkan selama kurang lebih 12 hari, baru kemudian diangkat, direbus dan siap dijual," katanya.

(KR-HRI)