Kemenparekraf kembangkan kreastif batik di Manggarai Barat

id kemenparekraf

Kemenparekraf kembangkan kreastif batik di Manggarai Barat

Ilustrasi hasil inovasi batik modern.(Foto ANTARA/Mamiek)

Manggarai Barat (ANTARA Jogja) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah mengembangkan sentra kreatif batik di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan melakukan pelatihan kerajinan batik.

"Kita melakukan pelatihan kepada pengrajin tenun kain songket, dengan harapan mereka bisa belajar cara membatik dengan kain tenun. Pelatihan batik tersebut nantinya tidak akan menghilangkan identitas asli (motif) tenun wilayah Manggarai Barat," kata Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Kemenparekraf, Harry Waluyo, usai membuka Pelatihan Sentra Kreatif Batik di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Jumat.

Menurut dia, program sentra kreatif batik yang dilaksanakan di Manggarai Barat akan memberikan peluang kepada pengrajin tenun songket yang merupakan produk unggulan di wilayah ini untuk menghasilkan perpaduan antara batik dan tenun, sehingga memiliki nilai tambah.

"Akan ditemukan bibit unggul dengan keterpaduan tenun dan batik," katanya.

Pelatihan yang berlangsung pada tanggal 17--26 Januari 2013 itu diikuti 70 peserta dari sembilan desa di Labuan Bajo dan Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat.

Harry mengatakan bahwa para peserta pelatihan itu nantinya akan diberikan pembekalan cara membatik dengan menggunakan kain tenun.

"Mereka tidak diberikan bantuan dana secara percuma-cuma, tetapi bagaimana mereka bisa berkompetitif dalam menghasilkan produk sentra kreatif batik yang memiliki kualitas baik," tuturnya.

Ia mengatakan bahwa anggaran untuk program Sentra Kreatif Batik di lima wilayah, yakni Borobudur (Magelang, Jateng), Batang (Jateng), Pacitan (Jatim), Toraja Utara (Sulsel), dan Manggarai Barat (NTT) sebesar Rp3 Miliar dengan masing-masing daerah mendapatkan sebesar Rp600 juta.

Direktur Pengembangan Seni Rupa Kemenparekraf, Watie Moerany, mengatakan, dari lima daerah tersebut, dulunya memang merupakan daerah sentra batik, kemudian hilang dan kini mulai dibangkitkan lagi dan ada daerah yang sebelumnya bukan daerah batik.

"Batang dulunya merupakan daerah asal batik, tetapi karena memang sudah punah maka dibangkitkan lagi," katanya.

Menurut dia, Kemenparekraf memberikan waktu kepada para pengrajin selama tiga tahun untuk mengembangkan hasil produk-produknya yang memiliki kualitas baik. Mereka akan diberikan pendampingan dan pengawasan agar menghasilkan produk berkualitas, tuturnya.

Ke depan, kata Watie, pengembangan kreatif bukan hanya pada seni batik saja, melainkan ke seni ukir.       

Sementara itu, Staf Khusus Bidang Perencanaan dan Program Kemenparekraf, Cokorda Istri Dewi, mengatakan bahwa kualitas tenun yang ada di Manggarai Barat belum representatif sehingga perlu dikembangkan dan dimodifikasi.

Modifikasi itu, lanjut dia, dengan memadukan antara tenun dan batik tanpa menghilangkan identitasnya.

Ada tiga tahap dalam pengembangan itu, pada tahun pertama menumbuhkan kreativitas pengrajin, tahun kedua desain dan kualitas, dan tahun ketiga pengembangan produk yang dihasilkan. 

(S037)