Perajin roti Bantul kesulitan tembus Supermarket

id roti perajin bantul

Perajin roti Bantul kesulitan tembus Supermarket

Perajin roti bolu di Jaten, Pandak Kabupaten Bantul, DIY sedang melakukan packing untuk dipasarkan (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Perajin roti bolu di Pedukuhan Jaten, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih kesulitan untuk memasarkan produk itu ke pasar modern maupun supermarket.

"Sejak merintis usaha pada 1990, sampai sekarang roti bolu yang kami produksi belum dipasarkan ke supermarket, namun masih ke pasar-pasar tradisional," kata perajin roti bolu di Jaten, Triharjo, Sumadi di Bantul, Senin.

Menurut dia, kesulitan memasarkan ke supermarket dikarenakan pihaknya belum mengurus izin Industri Rumah Tangga (IRT) yang dikeluarkan dari Dinas Kesehatan, selain itu juga produksi roti masih belum menggunakan mesin pengepakan yang lebih canggih.

"Untuk sampai supermarket harus terdaftar izin dan juga kemasan harus rapi, sementara kami masih mengolah secara tradisional, jadi memang belum bisa diterima supermarket," katanya.

Namun demikian, pihaknya terus berusaha memasarkan ke supermarket untuk meningkatkan daya jual, sambil mengumpulkan dana untuk membeli mesin pengepakan.

Menurut dia, dengan mempekerjakan delapan karyawan, dalam sehari bisa mengolah bahan baku berupa tepung sebanyak dua kwintal, gula satu setengah kwintal dan telur ayam sebanyak 50 kilogram.

Dengan bahan baku itu, kira-kira bisa menghasilkan sebanyak 1.200 pack (isi 10 roti), dengan harga Rp3.600 per pack, katanya.

Menurut dia, produksi roti tersebut dipasarkan ke pasar tradisional di Bantul dan juga sejumlah pasar tradisional di DIY. Di tingkat pengecer roti tersebut dijual dengan harga Rp5.000 per pak.

"Permintaan pasar cukup banyak, semua produksi kami bisa terserap pasar, selama ini pemasaran tidak masalah," katanya.

Ia mengatakan, terkait persaingan usaha sejenis dari daerah ini, pihaknya mengaku tidak mempermasalahkan asalkan bisa mempertahankan cita rasa agar tidak mengecewakan konsumen.

"Persaingan usaha jelas ada, namun harus pandai-pandai mempertahankan kualitas dan rasa, meski pengolahan secara tradisional namun kami tetap tidak mau ketinggalan," katanya.
(KR-HRI)