KTT APEC - Indonesia jajaki kerja sama energi terbarukan

id Wacik

KTT APEC - Indonesia jajaki kerja sama energi terbarukan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik (antaranews.com)

Nusa Dua, Bali (Antara Jogja) - Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama di bidang pengelolaan energi terbarukan dengan anggota-anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

"Kita akan dapat listrik dan energi yang banyak. Mereka 'invest' dan kita dapat listriknya," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik pada pembukaan Konferensi Internasional Tri Hita Karana untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Nusa Dua, Bali, Minggu.

Menurut dia, sejumlah negara anggota APEC, di antaranya Jepang, China, dan Korea Selatan sudah dijajaki untuk mengeksplorasi energi baru dan terbarukan di Indonesia agar mendapatkan pasokan energi yang lebih ramah lingkungan.

Selain negara APEC, Wacik menyatakan bahwa penjajakan yang lebih intensif juga dilakukan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Menteri asal Bali itu menambahkan bahwa kerja sama energi abru dna terbarukan itu bisa dilakukan di seluruh daerah di Indonesia yang kaya akan sumber daya energi.

Untuk kerja sama konkret, Wacik menyatakan bahwa investasi telah dilakukan untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara di Sumatera Selatan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan, dan geotermal.

Wacik menegaskan bahwa khusus untuk energi terbarukan geotermal, Indonesia setidaknya memiliki potensi 30 ribu megawatt.

Namun dari jumlah tersebut, baru 1.300 megawatt yang tergarap.

Ia menilai sudah saatnya semua pihak termasuk swasta untuk ikut memikirkan penggunaan energi ramah lingkungan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan energi.

Mengingat energi yang mengandalkan fosil diperkirakan tak akan bertahan lama dan lebih banyak menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan.

Apalagi, kata Wacik, masyarakat dengan ekonomi menengah di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah dari yang saat ini mencapai sekitar 45 juta orang, dan diperkirakan menjadi 135 juta orang pada tahun mendatang.

Hal itu membutuhkan pasokan energi yang banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

(KR-WGN)