Endriartono : Mandela ajarkan tentang konsistensi sikap

id Nelson Mandela

Endriartono : Mandela ajarkan tentang konsistensi sikap

Pejuang demokrasi asal Afrika Selatan, Nelson Mandela (worldnews.nbcnews.com)

Banjarnegara, Jawa Tengah (Antara Jogja) - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menilai kepergian pejuang demokrasi asal Afrika Selatan, Nelson Mandela, meninggalkan ajaran tentang kemuliaan menjalani perjuangan dengan berbekalkan konsistensi sikap.

"Selama berjuang tentu ia tidak jarang mendapat tawaran untuk bekerja sama dengan pemerintah 'apartheid', tetapi ia konsisten memperjuangkan kesetaraan hak bagi kaumnya dan memilih mendekam di penjara untuk waktu yang panjang," kata Endriartono kepada Antara di Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu.

Endriartono menyebut Mandela sebagai sosok yang mampu mempertahankan konsistensi sikapnya, termasuk dalam keadaan yang tidak menguntungkan dirinya.

Ia juga mengatakan setidaknya ada dua hal penting di antara sekian banyak pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan hidup mendiang Mandela.

"Pertama, bahwa untuk mencapai tujuan dalam sebuah perjuangan jelas dibutuhkan pengorbanan. Untuk kasus Mandela, ia rela mendekam di penjara dalam waktu yang lama," katanya.

"Kedua, bahwa dalam berjuang juga dibutuhkan keyakinan, niat dan tekad, sehingga pada akhirnya ketika panggilan untuk berkorban muncul langkah perjuangan tidak goyah," ujarnya menambahkan.

Endriartono menuturkan bahwa Mandela sebetulnya bisa saja memilih jalan yang lebih mudah, yaitu bekerja sama dengan pemerintah 'apartheid' Afrika Selatan, mengingat status dan profesinya sebagai pengacara sekaligus cendekia.

Akan tetapi, Mandela konsisten untuk melangkah di jalan perjuangan guna mewujudkan kesetaraan bagi kaumnya, warga kulit hitam di tanah air Afrika Selatan.

Selain itu, Endriartono juga menyebutkan bahwa Mandela merupakan tokoh yang konsisten atas nilai-nilai kesetaran sebagai perjuangannya.

Nilai-nilai tersebut bahkan tidak hilang saat ia akhirnya dipercaya menjabat Presiden Afrika Selatan, dengan tidak melakukan politik balas dendam terhadap bekas pemerintahan 'apartheid'.

"Ketika ia menjadi presiden, ia tidak lantas melakukan balas dendam atas apa yang sudah dilakukan terhadap kaumnya, atau lebih personal lagi atas waktunya yang habis di dalam penjara," ujarnya.

Endriartono juga menyebutkan bahwa kala menjabat Presiden Afrika Selatan, Mandela tetap menjaga tampilannya yang bersahaja di hadapan khalayak.

"Menggunakan batik, adalah bentuk kebersahajaan Mandela. Batik adalah pakaian resmi yang paling sederhana," ujarnya mengacu pada kesukaan Mandela menggunakan batik asal Indonesia.

Nelson Mandela meninggal dunia dalam usia 95 tahun di kediamannya di Johannesburg pada hari Kamis (5/12) setelah mengalami sakit infeksi paru-paru.

(G006)