Kulon Progo berusaha menuju Bebas Pasung 2014

id pasung

Kulon Progo berusaha menuju Bebas Pasung 2014

ilustrasi pemasungan (antaranews.com)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berusaha menuju Bebas Pasung 2014 sebab sampai saat ini masih terdapat 18 kasus pasung di wilayah ini.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Jumat, mengatakan jumlah kasus pasung di Kulon Progo terus berkurang.

"Pada 2013, jumlah kasus pasung sebanyak 36, kemudian pada 2014 turun menjadi 18 kasus. Kami mentargetkan beberapa bulan ini, kasus pasung habis," kata Hasto saat menjemput salah pasien pasung Gimo, di Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan.

Untuk menuju Kulon Progo Bebas Pasung 2014, lanjut Hasto, pemkab bekerjasama dengan RSJ Ghrasia Pakem, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan dokter memberikan pelayanan kesehatan.

Selain itu, kata Hasto, pasien penyakit jiwa dapat menggunakan kartu jamkesmas dan jamkesda. Seluruh biaya pengobatan gratis.

"Pasien sakit jiwa atau pasien pasung setelah sembuh dan keluar dari Ghrasia tetap akan mendapat pendampingan dari dokter puskesmas. Obat dari RSJ Ghrasia akan diberikan ke dokter setempat. Obat yang diberikan juga menggunakan reaksi panjang, tidak setiap hari minum obat," kata Hasto.

Kepala Instanlasi Kesehatan Masyarakat RSJ Ghrasia Dianingtyas Agustin mengatakan pihaknya hanya menindaklanjuti dari laporan Dinas Kesehatan Kulon Progo bahwa di wilayah ini ada 14 kasus pasung. Setelah itu, pihaknya melakukan verifikasi pasien pasung untuk dilakukan observasi.

"Yang paling penting dalam penanganan pasien pasung adalah pengobatan pada pascapengobatan dari Ghrasia yakni bagaimana keluarga mampu melanjutkan pengobatan di rumah. Kami juga berharap, ada upaya dari pemerintah, dinas kesehatan menyediakan pekerjaan untuk komunitasnya," kata Dian.

Orang tua pasien pasung Gimo, Ponijah mengatakan anaknya mengalami gangguan jiwa berawal ketika dirinya melarang Gimo melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Kejuruan UNY pada 1995 karena ketiadaan biaya.

Saat itu, anaknya Gimo baru semester dua. Setelah berhenti kuliahnya anaknya hanya murung dan setiap harinya tidur. Setelah itu, anaknya juga gagal meminang gadis pujaannya.

"Akhirnya Gimo sering ngamuk. Kaca dan isi rumah dipecahi. Kami sekeluarga sepakat untuk memasung Gimo dan beberapa kali membawanya ke Ghrasia, tapi setelah dibawa pulang juga ngamuk lagi,"katanya.

Saat diobservasi dari tim RSJ Ghrasia, Gimo mengatakan sejak SMP hingga SMA selalu mendapat beasiswa karena selalu memiliki peringkat kelas.

(KR-STR)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024