UGM bantu tanggulangi abrasi di Pantai Jepara

id ugm bantu tanggulangi

UGM bantu tanggulangi abrasi di Pantai Jepara

Ilustrasi pohon cemara di pantai (Foto Antara/Sidik)

Jogja (Antara Jogja) - Kelompok Studi Rehabilitasi Tambang dan Kawasan Pesisir Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta membantu menanggulangi terjadinya abrasi di Pantai Jepara, Jawa Tengah.

"Kami menawarkan beberapa solusi, di antaranya perlu vegetasi yang tersusun atas jenis pohon bertajuk rapat, tahan terhadap salinitas tinggi, dan bersifat lentur untuk penahan angin dan mengurangi daya dobrak ombak," kata Ketua Kelompok Studi, Winastuti, di Yogyakarta, Selasa.

Untuk itu, kata dia, dipilih jenis cemara laut (Casuarina equisetifolia var equisetifolia) dan cemara udang (Casuarina equisetifolia var incana) yang memenuhi persyaratan jenis vegetasi tersebut.

Menurut dia, untuk meningkatkan daya dukung formasi penahan angin, memacu pemeliharaan dan keamanan vegetasi yang bersangkutan, serta mendorong rasa kepemilikan masyarakat, maka dikembangkan model pemberdayaan masyarakat.

"Model itu mendorong bertani di lahan cemara dengan teknik agroforestri `multilayer production` untuk mengisi lahan di bawah vegetasi dengan jenis-jenis yang produktif dan bisa dimanfaatkan masyarakat," katanya.

Ia mengatakan peningkatan daya dukung pesisir juga dilakukan dengan mengisi halaman dengan jenis-jenis pohon yang produktif berhasil buah, kayu dan nonkayu, yang mendorong untuk terciptanya mata pencaharian baru.

"Ke depan kami tidak hanya membantu bibit dan pelatihan tetapi juga akan melalui kuliah kerja nyata (KKN) tematik rehabilitasi lahan secara bertahap yang berfokus pada peningkatan daya dukung kawasan pesisir," katanya.

Anggota kelompok Sri Danarto mengatakan perubahan iklim global yang mendorong terjadinya perubahan cuaca, curah hujan, meningkatnya temperatur udara, dan dugaan mencairnya es di kutub mulai memperlihatkan pengaruhnya.

Pengaruh itu antara lain meningkatnya permukaan air laut dan tingginya gelombang sehingga banyak menimbulkan abrasi pantai dengan kerugian yang sangat serius. Hilangnya vegetasi mangrove dan vegetasi formasi pantai semakin mempercepat kerusakan tersebut.

"Hal itu pula yang terjadi di Pantai Jepara. Abrasi yang terjadi dalam 10 tahun terakhir tidak hanya menyebabkan munculnya kerusakan fisik dalam bentuk perubahan garis pantai, tetapi juga diikuti dengan menurunnya daya dukung pantai," katanya.

Kondisi itu, kata dia, menyebabkan hilangnya 960 hektare tambak produktif yang ada di sepanjang pantai khususnya di daerah Tanggul Tlare.

Menurut dia, hilangnya area tambak itu menyebabkan banyak orang kehilangan mata pencaharian dan mendorong terjadinya proses pemiskinan pada masyarakat yang hidup dan bekerja di pesisir.

"Kerusakan vegetasi pesisir tersebut memberi indikasi perlunya langkah-langkah antisipatif yang mengarah pada ketersediaan kayu dan mendorong peningkatan produktivitas lahan di sekitar tempat hidupnya," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024