Toleransi kekuatan "99 Cahaya Di Langit Eropa-2"

id toleransi kekuaran 99 cahaya

Toleransi kekuatan "99 Cahaya Di Langit Eropa-2"

Film "99 Cahaya Di Langit Eropa" (Foto fannywa.wordpress.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Toleransi dalam ajaran Islam menjadi kekuatan film "99 Cahaya di Langit Eropa Part 2" yang mengadaptasi novel berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

"Konsep film ini, hidup berdampingan secara damai. Mau dibilang ini film perjalanan atau religi intinya ada sejarah di mana Islam bisa hidup berdampingan (dengan agama lain)," kata penulis skenario, Alim Sudio, usai Press Screening Film 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 di Jakarta, Senin.

Menurut Alim, pandangan berbeda terhadap satu pemeluk agama di Eropa adalah persoalan universal yang juga dirasakan penganut-penganut minoritas di banyak tempat di negara-negara lain. "Persoalan ini sebenarnya ada di mana saja termasuk di Indonesia," ujar dia.

Beruntung, ia mengatakan produser film ini justru minta agar cerita secara terbuka dapat menampilkan perdebatan-perdebatan terkait ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. "Kita harus hargai ini".

Sementara itu, sutradara Film 99 Cahaya di Langit Eropa Part 1 dan 2 Guntur Soeharjanto mengatakan banyak hal-hal yang tidak diceritakan secara detail di novel terkait Islam justru kali ini coba diangkat dalam film.
"Banyak yang tidak ada di novel justru kita detailkan di film, seperti jihad dengan pena," ujar Guntur.

Apresiasi terhadap Film 99 Cahaya di Langit Eropa Part 2 yang banyak bercerita tentang perjalanan Hanum yang diperankan Acha Septriasa, dan Rangga yang diperankan Abimana Aryasatya di Vienna, Austria, ini juga disampaikan Wakil Kepala Delegasi Uni Eropa Colin Crooks yang mengikuti press screening bersama ratusan wartawan.

Menurut dia, film ini berhasil mengulas warisan dan peninggalam Islam di negara-negara Eropa yang kurang banyak diketahui orang.

"Hal ini mengingatkan kami, sebagai orang Eropa, bahwa Islam bukan saja suatu jalan hidup, tetapi merupakan bagian yang integral dan penting dalam sejarah kami," ujar dia.

Ia juga mengakui bahwa film ini mendorong perlunya toleransi yang lebih baik lagi, dan bahwa masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengakhiri rasisme dan xenophobia (ketakutan terhadap orang asing) di Eropa mau pun di belahan bumi lainnya.

Film yang diperankan Acha dan Abimana ini juga dibintangi beberapa aktor dan aktris terkenal seperti Raline Shah, Nino Fernandez, Alex Abbad, dan Marissa Nasution.

(V002)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024