Jogja (Antara Jogja) - Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong para petani di wilayah setempat beralih dari penggunaan pola pertanian tradisional ke pola pertanian organik.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman Widi Sutikno di Yogyakarta, Kamis, mengatakan hasil pertanian organik memiliki pasaran yang lebih luas.
Alasannya, kata dia, hasil pertanian dengan cara modern itu saat ini menjadi kriteria utama bagi pasar internasional khususnya untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Kami tidak berorientasi mencari-cari pasar, tetapi memang pasar kami yang sebelumnya sudah ada menghendaki hasil pertanian organik," kata Widi Sutikno.
Menurut dia, sebagian besar petani di Kabupaten Sleman sesungguhnya telah mengembangkan pola pertanian alami yang antara lain dengan mengedepankan penggunaan pupuk alami. Namun cara itu belum cukup signifikan menembus pasar internasional karena belum bisa dikatakan berpola organik.
"Pola organik bukan hanya menggunakan pupuk organik atau alami saja, tapi juga mencakup prosesnya yang menggunakan cara modern serta bersertifikat organik," kata dia.
Dia mengatakan selain memperluas pasar petani di Sleman, diharapkan juga dapat mendukung masyarakat lokal khususnya di DIY untuk lebih memprioritaskan makanan berbahan sayur-sayuran organik. "Tentu kami juga akan melakukan edukasi bagi masyarakat DIY dulu untuk memperkuat pasar tanaman organik di tingkat lokal," kata dia.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Salak Sleman "Prima Sembada" Iskandar mengatakan sebagai salah satu organisasi petani salak di Sleman, pihaknya telah berhasil mengikat kontrak dengan dua eksporter untuk perdagangan salak di negara-negara Eropa. Hal itu disebabkan, pihaknya telah memiliki sertifikat organik dan sertifikat "fair trade" (perdagangan berkeadilan).
"Sementara untuk pasar Amerika Serikat belum lolos karena lebih ketat lagi. Untuk lolos ke pasar Internasional memang diprioritaskan organik," kata dia.
Menurut Iskandar, dengan berbekal sertifikat organik, para petani yang tergabung dalam asosiasi tersebut telah betrhasil mengekspor produk pertanian ke Malaysia, Singapura, Tiongkok, sebelum merambah pasar Eropa.
Ia mengatakan saat ini terdapat 26,7 hektare lahan pertanian salak yang telah bersertifikat dengan rata-rata menghasilkan 460 ton pertahun. Sementara itu untuk dapat diekspor ke AS 13 persen dari seluruh hasil pertanian salak harus telah bersertifikat organik, untuk tahun pertama.
"Untuk tahun pertama 13 persen dari 460 ton rata-rata hasil pertanian salak di Sleman harus telah bersertifikat organik," katanya.
(KR-LQH)
Berita Lainnya
Pemkab Sleman sosialisasi Program Kampung Hijau dukung pelestarian lingkungan
Jumat, 19 April 2024 16:43 Wib
DLH Sleman mempercepat pembangunan akses truk sampah ke TPST Sendangsari
Jumat, 19 April 2024 14:00 Wib
Sleman terus mempercepat penurunan angka stunting
Kamis, 18 April 2024 18:29 Wib
108 anak mengikuti khitan massal di hari jadi ke-108 Kabupaten Sleman
Kamis, 18 April 2024 18:29 Wib
TPST Sendangsari Sleman mulai olah sampah jadi RDF
Kamis, 18 April 2024 16:28 Wib
Sleman menggelar Penghargaan Nata Sembada bagi UMKM
Rabu, 17 April 2024 15:02 Wib
Liga 1 : PSS Sleman gulung Arema FC
Senin, 15 April 2024 18:49 Wib
Pemkab Sleman melakukan penyesuaian sistem kerja ASN pascacuti bersama
Senin, 15 April 2024 15:20 Wib