Jogja (Antara Jogja) - Pesantren sains sebagai lembaga pendidikan yang memuat materi bahasa Arab, filsafat, dan sains perlu dikembangkan, kata dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Agus Purwanto.
"Pesantren sains (trensains) merupakan sintesis dari pesantren dan sekolah umum bidang sains. Interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas trensains yang belum ada dalam pondok pesantren (ponpes) modern," katanya di Yogyakarta, Sabtu.
Pada kuliah umum mahasiswa baru Program Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (UII) tahun akademik 2014/2015, ia mengatakan interaksi agama dan sains itu menuntut pemahaman dasar filsafat sehingga trensains meniscayakan filsafat di dalam kurikulumnya.
"Trensains dapat diterapkan untuk tingkat universitas maupun SMA. Berbeda dari alumni pesantren klasik yang dalam jangka panjangnya diproyeksikan menjadi ulama syariah, alumni trensains diproyeksikan menjadi ilmuwan sains keislaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis Al Quran dan filsafat yang kokoh," katanya.
Menurut dia, pengelolaan sumber daya alam menuntut kemampuan teknis dan pemahaman atas alam dengan memadai. Tanpa kemampuan itu suatu bangsa hanya akan menjadi konsumen dan pada gilirannya menjadi bangsa tidak mandiri karena dikendalikan bangsa atau negara produsen.
"Kenyataannya, bangsa yang eksis adalah bangsa yang menguasai sains dan teknologi, di mana sains dan teknologi ini menjadi determinan utama bangsa dan peradaban modern," katanya.
Ia mengatakan peradaban berkembang yang sedemikian pesat menampakkan wajah kehidupan yang gemerlap dan menakjubkan. Meskipun demikian, modernisme juga telah membawa manusia pada kehampaan spiritual, kesenjangan, dan berbagai penyakit sosial yang parah dan akut.
"Hal itu karena sains memisahkan diri dari agama, sains bersifat profan dan materialis ateistik," katanya.
Menurut dia, mengutip isi kandungan Al Quran, diangkatnya derajat kemuliaan seseorang atau sekelompok orang dalam lingkup negara sekalipun mensyaratkan iman dan ilmu, sedangkan diktum modernisme menyatakan "knowledge is power".
Oleh karena itu, tidak ada pilihan bagi dunia Islam selain bangkit untuk menguasai sains dan teknologi. Namun, hanya sains dan teknologi yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang harus dikembangkan. "Kebutuhan atas sains dan teknologi berbasis wahyu itu menuntut upaya yang terencana, sistematis, dan terukur," katanya.
Hadir dalam kegiatan itu Rektor UII Harsoyo, Wakil Rektor I UII Ilya Fajar Maharika, Wakil Rektor II UII Nur Feriyanto, Direktur Direktorat Akademik UII Arief Rahman, dan para Ketua Program Pascasarjana di lingkungan UII.
(B015
Berita Lainnya
Dana BOS dan PIP Pesantren di Indonesia mulai cair
Rabu, 24 April 2024 19:36 Wib
Tingkatkan pendidikan agama melalui wakaf Al Quran
Minggu, 7 April 2024 4:58 Wib
Pemuda Indonesia diajak jadi pemimpin gemar berzakat lewat Ekspresi
Minggu, 31 Maret 2024 11:27 Wib
PP Muhammadiyah-Lazismu adakan pesantren mualaf di pulau 3T
Sabtu, 30 Maret 2024 16:38 Wib
Pemuda diajak Najwa Shihab mewujudkan Indonesia Emas bukan Indonesia cemas
Jumat, 29 Maret 2024 20:06 Wib
Pondok pesantren harus memiliki guru bimbingan konseling
Minggu, 24 Maret 2024 20:13 Wib
Implementasi ilmu agama cegah perundungan di pesantren Indonesia
Minggu, 24 Maret 2024 1:36 Wib
Kemampuan 2P santri cegah perundungan di Indonesia
Minggu, 24 Maret 2024 0:27 Wib