Dewan minta pemkab bangun waduk atasi banjir

id waduk

Dewan minta pemkab bangun waduk atasi banjir

Ilustrasi (Foto Istimewa)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Komisi III DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta pemerintah setempat merancang pembangunan waduk mini di wilayah selatan untuk mengatasi persoalan banjir.

Ketua Komisi III DPRD Kulon Progo Hamam Cahyadi di Kulon Progo, Senin, mengatakan empat kecamatan di wilayah selatan selalu menjadi langganan banjir setiap tahunnya, yakni Panjatan, Galur, Lendah, dan Temon.

"Setiap intensitas curah hujan tinggi, wilayah Kulon Progo bagian selatan pasti banjir. Hal ini perlu terobosan dengan cepat. Menurut kami, pembangunan waduk ini menjadi solusi yang tepat," katanya .

Menurut Hamam, waduk mini bisa menampung air dari sungai-sungai kecil dan drainase sebelum air mengalir kelaut.

Permukaan wilayah selatan sama rendahnya dengan permukaan laut. Hal itu perlu penampungan air sementara, yakni waduk mini. "Wacana pembangunan waduk ini harus dipikirkan secara serius oleh pemkab. Jangan sampai, pemukiman dan sawah-sawah setiap tanunnya tergenangi banjir," katanya.

Hal yang sama diungkapkah oleh Ketua Fraksi PDIP DPRD Kulon Progo Aji Pangaribawa.

Ia mengatakan Pemkab Kulon Progo perlu segera melakukan normalisasi Sungai Gun Sheiro dan Sungai Heisero. Kedua sungai itu, sudah mengalami pendangkalan dan penyempitan, sehingga setiap hujan deras dengan intensitas tinggi, dipastikan banjir.

"Pada 1970-an, di Panjatan, Galur, dan Wates tidak pernah kebanjiran karena Sungai Gun Sheiro dan Sungai Heisero masih dalam dan belum mengalami pendangkalan dan penyempitan. Untuk itu, pemkab harus segera melakukan normalisasi sungai," katanya.

Pada kesempatan sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Untung Waluyo mengatakan empat kecamatan yang direndam banjir, yakni Temon, Wates, Panjatan, dan Lendah. "Banjir disebabkan oleh beberapa sungai kecil meluap," katanya.

Ia mengatakan kecamatan yang terendam parah, yakni Panjatan yang mencapai 797 rumah. Di kecamatan itu, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) membentuk posko dan dapur umum.

Ketinggian air bervariasi antara 30 centimeter hingga satu meter. Bahkan, di luar rumah, ketinggian air bisa lebih tinggi. Air hujan juga telah membuat sejumlah perkantoran dan gedung sekolah terendam, seperti Polsek Panjatan air masuk hingga ruang kantor.

"Dapur umum menyediakan makanan warga yang rumahnya terendam banjir dan bagi relawan yang membersihkan sampah-sampah, sedangkan posko berfungsi menampung warga yang air di dalam rumah tidak surut," kata dia.

(KR-STR)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024