Balai Arkeologi segera tinjau temuan fosil Oya

id sungai oya

Balai Arkeologi segera tinjau temuan fosil Oya

Batu menhir, salah satu fosil yang ditemukan di kawasan Sungai Oya (Foto Istimewa)

Sleman (Antara Jogja) - Balai Arkeologi Yogyakarta segera meninjau Sungai Oya di Kabupaten Gunung Kidul untuk melihat apakah memungkinkan atau tidak dilakukan penelitian terkait temuan sejumlah fosil di aliran sungai itu.

"Kami akan melakukan pengecekan ke lapangan terlebih dahulu sebelum meneliti. Kami ingin secepatnya, tidak harus menunggu 2016. Memastikan kondisinya seperti apa dahulu," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, Senin.

Menurut dia, pihaknya belum bisa memastikan apakah nantinya di aliran sungai tersebut bisa dilakukan tindakan lebih lanjut. Tergantung dari temuan awal dari peninjauan itu.

"Kalau alasan keamanan atau bahaya bagi peneliti kami, misalnya ada air deras maka kami juga tidak melakukan penelitian," katanya.

Ia mengatakan jika kalau hanya terkendala masalah teknis saja, pihaknya masih dapat mengusahakannya. Karena berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukannya, yaitu melakukan ekskavasi yang juga di sungai.

"Jika alasan teknis atau peralatan, kami bisa lakukan. Karena kami pernah ekskavasi fosil di Sungai Slalang Kudus, Jawa Tengah," katanya.

Temuan-temuan berupa fosil di aliran Sungai Oya Gunungkidul memang rencana awal di 2015 ini dilakukan ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta. Namun, karena ada berbagai faktor, salah satunya aliran sungainya dan belum terlalu mendesak, maka hal itu dibatalkan.

"Rencana ekskavasi memang dibatalkan. Salah satu caranya, kami serahkan kepada Balai Arkelogi yang memang mempunyai kewenangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut," kata Kapokja Perlindungan BPCB Yogyakarta Muhammad Taufik.

Menurut dia, salah satu alasan yang ditemuinya yaitu karena titik yang sudah ditentukan untuk diekskavasi sudah digunakan warga membuat suatu kolam.

"Tinjauan ke lapangan sekitar Februari lalu, sudah tidak memungkinkan untuk diekskavasi di titik yang sudah kita tentukan. Sudah ada kolam-kolam rekreasi. Kami tidak bisa melarangnya," katanya.

Ia mengatakan sejauh penelusurannya, kolam tersebut memang dibuat oleh investor. Yang sengaja mencari batu akik dari fosil kayu.

"Memang sebelumnya di tempat itu kami mendapatkan laporan, kalau ada warga yang membuat akik berbahan fosil. Itupun orang lain yang melaporkannya," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024