Menag buka Konferensi Sakyadhita Ke-14 di Yogyakarta

id menteri agama lukman hakim

Menag buka Konferensi Sakyadhita Ke-14 di Yogyakarta

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Konferensi Internasional Wanita Buddhis Ke-14 "Sakyadhita" di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Selasa. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Konferensi Internasional Wanita Buddhis Ke-14 "Sakyadhita" di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Selasa.

Dalam sambutannya, Menteri Lukman mengharapkan konferensi internasional bertema "Welas Asih dan Keadilan Sosial" itu mampu memberikan kontribusi lebih dalam upaya menciptakan perdamaian, toleransi dan hal positif lainnya bagi Indonesia dan dunia.

"Kami berharap agar organisasi agama yang digerakkan perempuan mampu lebih memberikan kontribusi dalam upaya menciptakan kedamaian, dan toleransi," kata dia.

Selain itu, menurut Lukman, berbagai hal yang dibahas dalam konferensi tersebut juga diharapkan memberikan pencerahan bagi perempuan terkait perspektif gender.

Menurut dia pada abad 21 hampir kebanyakan para agamawan di seluruh dunia terlibat aktif dalam wacana kesetaraan gender. Mereka berupaya mengembalikan perspektif gender sesuai moralitas agama yang dianutnya.

"Perspektif gender diharapkan mampu memberikan muatan spirit keagamaan agar bermanfaat bagi kemajuan peradaban karena dituntun oleh nilai-nilai agama," kata dia.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Wanita Buddhis Internasional Tenzin Palmo berharap dengan penyelenggaraan Konferensi Sakyadhita di Indonesia, mampu menularkan prinsip toleransi serta perdamaian yang kuat kepada dunia. "Indonesia lebih kuat dalam menyuarakan tentang prinsip toleransi dan perdamaian," kata dia.

Kendati di Indonesia memiliki banyak agama baik Islam, Hindu, Buddha, Kristen, dan Katolik, namun mampu hidup berdampingan secara harmonis. "Menurut saya ini negara yang spesial," kata dia.

Pendiri Sakyadhita Karma Lekhse Tsomo juga memberikan penilaian yang sama mengenai Indonesia. Menurut dia Indonesia merupakan negara pluralis, indah dan damai, sehingga diharapkan mampu memberikan cahaya yang mampu menerangi negara-negara lain di dunia.

"Dengan adanya konferensi ini kami juga berharap negara-negara lain mengetahui bahwa Indonesia adalah negara pluralis," kata dia.

Konferensi Wanita Buddhis Internasional tersebut berlangsung mulai 23-30 Juni 2015. Acara itu dihadiri 1.000 peserta terdiri atas 525 peserta dari 45 negara, serta 475 peserta dari 25 provinsi di Tanah Air. ***4***

(L007)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024