Bantul (Antara Jogja) - Perajin asal Bangeran, Desa Sabdodadi, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengekspor berbagai produk kerajinan serat alam ke sejumlah negara di Asia untuk memenuhi kebutuhan konsumen di kawasan tersebut.
"Usaha kami mengalami pasang surut, namun untuk kerajinan serat alam lebih cenderung diekspor, kami sudah ada pelanggan di negara Asia, seperti Singapura, Malaysia dan Tiongkok," kata pemilik rumah industri "Syifa Handicraft" Hartono di Bantul, Jumat.
Dia mengatakan berbagai produk kerajinan serat alam yang dihasilkan, di antaranya tempat tisu, tempat perhiasan, tas dan barang kerajinan lainnya yang dikombinasikan dengan balutan kulit vinyl untuk menarik perhatian konsumen mancanegara.
Selain ke negara-negara Asia, kata dia, produk kerajinan serat alam tersebut juga diekspor ke Australia dan beberapa negara di Eropa, meski transaksinya tidak rutin seperti perdagangan lintas negara yang dilakukan dengan pembeli di Asia tersebut.
"Untuk pasar ke negara Eropa misalnya Belanda, ekspornya melalui perusahaan perantara, namun akhir-akhir ini permintaan ekspor dari Eropa cenderung menurun," kata pria setengah baya yang menggeluti usaha tersebut sejak 1993.
Hartono mengatakan hingga saat ini industri rumahan tersebut telah mempekerjakan 15 orang yang berasal dari warga setempat dan warga Bantul lainnya dengan kapasitas produksi mencapai sekitar 2.000 sampai 3.000 barang kerajinan.
Namun demikian, kata dia, seluruh barang kerajinan tersebut tidak semua diekspor, sebab barang kerajinan yang bahan bakunya lebih dominan vinyl, mayoritas untuk memenuhi permintaan pasar domestik atau ke kota-kota besar di Indonesia.
"Sekitar 50 persen produk kerajinan diekspor, kemudian sisanya ke dalam negeri, misalnya Batam, Surabaya, Jakarta, Malang. Untuk pasar domestik hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia, walaupun volumenya beda-beda," katanya.
Menurut dia, berbagai produk kerajinan serat alam dan vinyl tersebut dijual dengan harga kisaran Rp50.000 sampai Rp300.000 per buah, tergantung model, ukuran, dan tingkat kesulitan dalam memproduksi barang kerajinan bernilai ekonomis itu.
"Rata-rata perputaran uang dalam sebulan Rp150 juta sampai Rp200 juta, tergantung pasar surut permintaan, pesanan banyak biasanya menjelang ada `event-event`, seperti menyambut hari raya ini," katanya.
KR-HRI
Berita Lainnya
Masyarakat harus seimbangkan makan opor dengan serat, saran ahli gizi
Kamis, 11 April 2024 9:41 Wib
Serat rami potensial untuk industri tekstil di Indonesia
Sabtu, 30 Maret 2024 20:05 Wib
Lenzing, Austria, berinvestasi Rp2 triliun kembangkan serat ramah lingkungan
Jumat, 22 September 2023 5:48 Wib
MAKUKU meluncurkan facial towel dari serat tumbuhan alami
Rabu, 26 Juli 2023 0:35 Wib
Indonesia-Portugal jajaki kerja sama kabel serat optik
Senin, 26 September 2022 4:40 Wib
Perajin serat alam di Kulon Progo mulai bangkit
Selasa, 3 Mei 2022 22:17 Wib
Patricia Gouw suka "bad mood"
Kamis, 9 September 2021 18:48 Wib
Bebeclub ajak para ibu membangun kebiasaan makan serat
Kamis, 3 Juni 2021 23:27 Wib