Perajin Kulon Progo keluhkan sepinya kunjungan wisatawan

id serat alam

Perajin Kulon Progo keluhkan sepinya kunjungan wisatawan

Kerajinan tas serat alami Dian Handycraft dusun Karang Waten, Salamrejo, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Perajin serat alam Desa Wisata Salamrejo Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan sepinya kunjungan wisatawan sehingga menyebabkan permintaan kerajinan di showroom berkurang.

Pj Kepala Desa Salamrejo Surana di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan Desa Wisata itu mendapat dukungan dari Lembaga Bimbingan Kerja (LBK) dan pemkab dengan mendapat bantuan kios pemasaran beserta pendopo yang disebut Bale Langit.

"Kios disediakan secara cuma-cuma, tapi kalau hanya mengandalkan buka kios setiap hari, perajin bisa langsung gulung tikar, tidak punya penghasilan. Kunjungan wisatawan sangat minim," kata Surana.

Ia mengatakan perajin menjual hasil kerajinannya di rumah. Mereka membuat showroom sendiri. Sehingga wisatawan yang menginginkan kerajinan bisa langsung ke rumah perajin.

"Sejauh ini, wisatawan yang berkunjung masih sebatas tamu dari dinas-dinas, misalnya kunjungan studi banding dari daerah lain. Wisatawan yang secara khusus untuk berkunjung belum ada," katanya.

Padahal, kata Surana, Pemerintah Desa Salamrejo dan pelaku kerajinan telah mempromosikan melalui media sosial atau promosi dengan bekerja sama dengan pelaku biro perjalanan.

"Promosi melalui biro perjalanan dan melalui media sosial belum efektif untuk mendongkrak kunjungan wisatawan di Desa Wisata Salamrejo," katanya.

Ia mengatakan perajin serat alam sendiri memasarkan kerajinannya secara online dan bekerja sama dengan pihak ketiga seperti buyer. Perajin membuat kerajinan sesuai permintaan," katanya.

Anggota DPRD Kulon Progo dari Fraksi PKS Ajrudin Akbar mengatakan perajin perlu mendapat pendampingan dan pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) dalam memasarkan kerajinannya dan mempromosikan potensi wisatanya.

"Jangam sampai mereka dibiarkan tanpa pendampingan. Kalau perlu, mereka dibantu pemasarannya dan fasilitas penunjang lainnya," katanya.

(KR-STR)