Prasasti Kedulan diharapkan ungkap sejarah Mataram Kuno

id prasasti candi kedulan

Prasasti Kedulan diharapkan ungkap sejarah Mataram Kuno

Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Djoko Dwiyanto sedang meneliti prasasti batu yang ditemukan di situs Candi Kedulan. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Slerman, (Antara Jogja) - Prasasti batu yang ditemukan di kompleks Situs Candi Kedulan, Tirtomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sepekan lalu diharapkan berisi data baru dari sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

"Setelah dilakukan dianalisis, ternyata artefak tersebut berbeda dari temuan-temuan benda bersejarah sebelumnya di tempat yang sama," kata Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Djoko Dwiyanto di Sleman, Rabu.

Menurut dia, setelah dibaca secara sepintas prasasti tersebut, berbeda dari temuan sebelumnya, dan kemungkinan tahun pembuatannya sama dengan prasasti sebelumnya yaitu prasasti Sumundul dan Panangaran, dibuat 791 Saka atau 869 masehi.

"Namun isinya kemungkinan besar berbeda. Prasasti Sumundul dan Panangaran mengenai `dawuhan` atau bendungan. Tetapi yang temuan saat ini tidak berisi bendungan," katanya.

Ia mengatakan, selain itu jika dilihat dari tulisannya, memang berbeda. Dua prasasti sebelumnya hanya 15 baris, tapi saat ini ada 25 baris.

"Kemudian pada prasasti temuan terbaru ini huruf-hurufnya lebih kecil serta barisnya berdekatan," kata Djoko yang juga merupakan arkeolog Yogyakarta ini.

Djoko mengatakan, dua prasasti sebelumnya berisikan tentang bendungan, karena daerah tempat temuan situs Candi Kedulan berdekatan dengan aliran sungai, salah satunya Sungai Opak yang berhulu di Gunung Merapi, dan menjadi salah satu aliran lahar dingin.

"Harapan kami prasasti temuan baru ini bisa terkait tentang tanah Sima (suci). Yang didirikan bangunan suci (candi) Kedulan itu," katanya.

Ia mengatakan, apabila itu nantinya menguak mengenai tanah Sima, maka bisa jadi alasan pendirian dari candi Kedulan tersebut terungkap. Serta nama awal dari candi sehingga bukan tidak mungkin nantinya bisa mengubah nama candi yang ditemukan pada 1993 itu.

"Kedulan itu nama kampung lokasi ditemukan candi tersebut. Temuan awal candi itu memang dinamakan Kedulan yang diambil dari nama kampung. Jadi nanti kalau nama awal (candi) itu apa, bisa ketemu kemungkinan diubah," katanya.

Staf pengajar Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut mengatakan, sebuah prasasti memang merupakan suatu piagam atau penetapan pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Diantaranya berisi mengenai penatapan Sima, tatkala siapa rajanya, diberikan dari siapa ke siapa. Serta, alasannya untuk apa.

"Sambada hyang inanugrahan atau alasannya untuk apa. Di prasasti ini, masih kami cari," katanya.

Ia mengatakan, pada 791 Saka tersebut saat masih Kerajaan Mataram Kuno dengan rajanya yang bernama Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Sri Sayyawasanottunggadewa. Di masa itu, beberapa prasasti yang pernah ditemukan, banyak menguak beberapa peristiwa.

"Semisal saja mengenai tindak korupsi. Yaitu prasasti Rumbika, yang merupakan penyimpangan pajak, yang seharusnya disetor seratus tapi yang diberikan hanya 80. Ternyata, kekurangannya itu digunakan untuk menjamu petugas pajak. Jadi yang diberikan hukuman ya pemberi pajak dan pemungut pajaknya," katanya.

Menurutnya, dalam menganalisis temuan prasasti ini, kemungkinan baru akan selesai satu minggu ke depan. Baru kemudian, kesimpulannya akan diserahkannya ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta.

"Prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuno, kalau dibaca mungkin hanya butuh satu dua hari selesai. Tapi harus diulang-ulang," katanya.***4***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024