Pengrajin wayang Bantul tidak terpengaruh pelemahan rupiah

id pengrajin wayang kulit

Pengrajin wayang Bantul tidak terpengaruh pelemahan rupiah

Pengrajin wayang kulit Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Foto Antara/Hery Sidik)

Bantul (Antara Jogja) - Pengrajin wayang kulit di Pedukuhan Kepek, Desa Timbulharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak terpengaruh dengan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS belakangan ini.

"Kenaikan dolar AS tidak ada pengaruhnya, karena produksi barang kerajinan masih berjalan seperti biasa," kata pengrajin wayang kulit Kepek, Desa Timbulharjo, Sri Kundono di Bantul, Sabtu.

Meurut dia, industri membuat kerajinan wayang kulit diakui ada yang bahan bakunya mengambil dari luar daerah, bahkan diimpor seperti cat pewarna, namun tidak menjadi hambatan dalam berpproduksi.

Ia mengatakan dalam menerima pesanan dirinya meminta pemesan membeli bahan baku sendiri jika memang bahan baku itu merupakan barang impor, setelah sebelumnya mereka konsultasi untuk menemukan bahan baku yang sesuai.

"Misalnya dia ingin kulitnya yang seperti apa, kemudian kami sama-sama mencari, pilihan bahan baku yang bagus atau tidak yang membayar dia (pemesan)," katanya.

Meski begitu, dirinya menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan harga barang kerajinan jadi akibat pelemahan rupiah ini, agar dapat menyiasati kalau bahan baku yang diupayakan sendiri harganya naik.

Sementara itu, ia mengatakan, usaha membuat kerajinan wayang kulit pada 1999 ini berawal dari hobi menggambar wayang berbagai tokoh dalam pewayangan Indonesia, dan mengetahui wayang juga diminati warga untuk dikoleksi.

Meski memutuskan untuk menjual produk kerajinan wayang, namun dirinya mengaku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan pesanan, sebab pesanan pertama datang pada 2003 sampai 2007 dari anggota DPRD Bantul sebanyak 300 tokoh.

"Kemudian pada 2007 sampai 2009 mendapat pesanan dari Kota Yogyakarta, setelah itu wayang Singapura pada 2013. Yang terakhir saya dapat pesanan dari ISI Yogyakarta sebanyak 500 tokoh, dan sampai sekarang belum selesai," katanya.

Ia mengatakan, wayang kulit produksinya dijual dengan harga mulai dari Rp100 ribu sampai Rp2 juta per buah, tergantung model dan pewarnaan, karena untuk pewarnaan ada yang menggunakan cat biasa, namun ada yang berbahan perak hingga emas.

"Untuk membuat wayang butuh kesabaran dan ketelitian, yang dimulai dari menggambar pada kertas, ngemal pada kulit hingga membentuk, butuh waktu berhari-hari untuk jadi satu wayang, tergantung model," katanya.

(KR-HRI)