Gunung Kidul, (Antara Jogja) - Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus mengupayakan penghijauan di sekitar telaga untuk menjaga volume air agar lebih lama bertahan.
Kepala Kapedal Gunung Kidul Irawan Jatmiko di Gunung Kidul, Senin, mengatakan sebagian besar telaga di Kabupaten Gunung Kidul merupakan tadah hujan.
"Setiap tahun, kami melakukan upaya penghijauan telaga," katanya.
Menurut dia, rata-rata setiap tahun pihaknya menanam 1.500 sampai 2.000 pohon untuk setiap telaganya. Adapun persebaran telaga di Gunung Kidul 10 kecamatan yakni palian 10 buah, Saptosari 21, Purwosari 31, Panggang 22, Tepus 32, Tanjungsari 27, Semanu 42, Ponjong 21, Rongkop 48, dan Girisubo 27.
"Tidak semua telaga bisa kami hijaukan ada kajian. Setiap tahun kita pembiyaan dari DAK DIY," katanya.
Irawan mengatakan pohon yang ditanam berupa pohon bergetah putih seperti beringin, bulu, dan gayam. Selian itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada warga untuk agar menjaga kelestarian telaga.
"Memang untuk tahun ini kami terkendala Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terkait hibah, kami masih menunggu kebijakan itu," katanya.
Sementara itu, Staf Kapedal Gunung Kidul Giyanto mengatakan pada 2013, di Pacarejo tiga telaga, Gombang, Ponjong 1 telaga; melikan, Rongkop dua telaga total enam telaga. Pada 2014 tidak ada penghijauan karena dananya digunakan untuk kegiatan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Selanjutnya, pada 2015 dana berasal dari DAK akan digunakan untuk penhijauan telaga di karangasem paliyan tiga telaga; Karangwuni, Kecamatan Rongkop tiga telaga; dan Gandok, Bedoyo di Kecamatan Ponjong satu telaga.
"Untuk penghijauan, kami tergantung luasan tanah di sekitar telaga. Selain disekitar telaga kami juga melakukan penghijauan di sekitar daerah resapan air sekitar telaga," katanya.
Ia mengatakan penanaman ini untuk menahan air hujan agar tidak cepat habis saat musim kemarau. Menurutnya, sebagian telaga di Kabupaten Gunung Kidul merupakan tadah hujan.
"Jangan sampai air cepat habis, dan kami berupaya untuk mencegahnya melalui penghijauan," katanya.
Giyanto menjelaskan menurunnya air telaga karena sendimentasi, kemarau penguapan, dan hilangnya tanah liat di dalam telaga karena pembangunan. Untuk itu sebagai salah satu upaya menahan air dengan penghijauan.
"Biasanya telaga yang dibangun itu tanahnya dikeruk, hal ini menyebabkan pori-pori terbuka sehingga air cepat habis," katanya.***1***
(KR-STR)
Berita Lainnya
Ribuan wisatawan manfaatkan diskon tiket Telaga Sarangan
Jumat, 16 Februari 2024 6:16 Wib
Longsor, jalur masuk wisata Telaga Sarangan
Sabtu, 6 Januari 2024 6:32 Wib
Ada 64 agenda pariwisata selama 2024
Jumat, 29 Desember 2023 6:55 Wib
Menikmati pesona Telaga Bintang Raja Ampat, Papua Barat
Sabtu, 2 Desember 2023 9:30 Wib
Pemkab Gunungkidul revitalisasi telaga untuk penuhi kebutuhan air
Jumat, 1 September 2023 9:39 Wib
Gunungkidul imbau masyarakat tidak lepas ikan predator ke telaga
Senin, 6 Februari 2023 0:07 Wib
Gunungkidul gencarkan tebar ikan di perairan umum darat
Rabu, 21 Desember 2022 16:53 Wib
DKP Gunungkidul menebar benih ikan di 20 telaga jaga pasokan
Jumat, 2 Desember 2022 15:24 Wib