KSU Jatirogo keluhkan PPN gula semut tinggi

id gula, gula semut

KSU Jatirogo keluhkan PPN gula semut tinggi

Ekspor gula semut Kulon Progo, Foto Antara/Mamiek

Kulon Progo (Antara Jogja) - Koperasi Serbu Usaha Jatirogo yang bergerak ekspor gula semut di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan Pajak Pertambahan Nilai yang diberlakukan produk gula semut yang diproduksi masyarakat miskin sangat tinggi.

Manajer KSU Jatirogo Theresia Eko Setyowati di Kulon Progo, Senin, mengatakan akibat diberlalukannya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menyebabkan pembeli mencari pasar gula semut daerah lain.

"Yang kami permasalahkan, di daerah lain, produk gula semu tidak dikenakan PPN, kenapa di Kulon Progo kena," kata Eko.

Ia mengatakan KSU Jatirogo masuk Pengusaha Kena Pajak sejak Oktober 2014. Hingga Juni, sudah mampu menyetor pajak ke Dirjen Pajak wilayah DIY sebesar Rp800 juta yang menempati posisi pertama.

"Besaran PPN yang didapat negara lebih besar, dibandingkan pendapatan koperasi dan petani gula kelapa yanh sebagian besar warga kurang mampu," katanya.

Ia mengatakan pihaknya tidak dapat menaikan kembali harga gula semut. Saat ini, harga gula semut di tingkat petani sebesar Rp18.000 per kg. Menurutnya, kalau harga semut dinaikan, maka akan membebani pembeli.

"Kalau harga gula semut, PPN yang ditanggung pembeli tinggi, dan diluar negeri, produk gula semut tidak bisa bersaing secara harga," kata Eko.

Ia mengharapkan ada pemberian keringanan untuk produk gula semut yang notabennya industri rakyat kecil. Selin itu, koperasi yang bergerak disektor ekspor tidak mengambil keuntungan besar untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan anggota.

"Kami berharap industri rakyat ini kuat, dan meningkat. Kami berharap, pajak industri rakyat ini diberikan keringanan. Jangan samakan produk rakyat dengan produk perusahaan yang cenderung mencari keuntungan besar," katanya.

Kabid Perdagangan Disperindag-ESDM Kulon Progo Dewantoro mengimbau petani gula mempertahankan kualitas produk gula semut. Jangan sampai, lesunya permintaan, petani mengurangi kualitas.

"Kami mengimbau, petani gula kelapa mempertahankan mutu. Kalau kualitas gula kelapa diminati konsumen luar negeri, mereka juga yang menikmati," katanya.
KR-STR