Pemkab kedepankan pendekatan moral sosialisasikan Perda Rokok

id Perda rokok

Pemkab kedepankan pendekatan moral sosialisasikan Perda Rokok

berhenti merokok (Foto Antara)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) tentang Kawasan Tanpa Rokok mengedepankan pendekatan moral dibandingkan penegakakan hukum atau sanksi. Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Rabu, mengatakan model pendekatan moral ini akan lebih mengena dan dapat merubah sikap perilaku masyarakat dalam pelaksanaan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
"Betapa menggebu-gebunya seorang bupati dalam menegakkan sanksi sebuah peraturan, namun setelah ganti bupati langsung hilang begitu saja. Hal ini tentu sangat tidak kami inginkan terjadi di Kabupaten Kulon Progo," kata Hasto menanggapi Tim Verifikasi Penghargaan Ksatria Bakti Husada Kartika dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ia juga mengakui pelaksnaan Perda KTR belum maksimal. Pelaksanaan Perda KTR ini jika dilihat dari waktu relatif belum lama sehingga jika dilihat dari hasil tentu masih sangat jauh dari harapan. Untuk itu, ia berharap penilaian ini lebih kepada proses, tidak pada hasil.
"Kami berharap dalam menilai lebih pada proses dan tidak pada hasil. Bagaimana kami dapat meloloskan Rancangan Perda ini di hadapan DPRD sampai dapat diterbitkan, dimana untuk kabupaten lain di DIY semuanya mental," kata Hasto.
Kegiatan verifikasi ini merupakan kelanjutan, dimana sebelumnya usulan penghargaan Ksatria Bakti Husada Kartika untuk Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo telah lolos administrasi sehingga dilakukan verifikasi dari Kementerian Kesehatan RI.
Berdasarkan informasi dari Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Wilis Prasetyo, usulan yang telah diajukan untuk mendapatkan penghargaan ini, peran bupati sebagai pemrakarsa penetapan Perda KTR, Penggagas pemberian tablet FE kepada siswa remaja putri, pemrakarsa materi kesehatan reproduksi (Kespro) masuk muatan lokal di sekolah, pemrakarsa pembangunan taman kota, dan komitmen mendukung program bebas pasung, serta komitmen terhadap gerakan keamanan pangan daerah melalui Desa Aman Pangan.
Selain itu, Hasto merasa prihatin atas masih tingginya angka kematian ibu secara nasional, sehingga Indonesia belum mencapai target MDG's (Millenium Development Goals). Meskipun di Kabupaten Kulon Progo sudah dibawah dari target, hal ini yang melatarbelakangi kenapa materi kesehatan reproduksi perlu dimasukkan menjadi muatan lokal di sekolah mulai dari SD sampai SMA.
"Hal ini untuk menekan resiko terjadinya kematian ibu bersalin," kata Hasto.
(Oleh Sutarmi
Kulon Progo, 7/10 (Antara) - Puluhan peternak kambing peranakan etawa dan sapi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengikuti kontes kambing peranakan etawa dan sapi putih ongole yang digelar Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan setempat.
Dari 62 peserta kontes kambing peranakan etawa (PE), kambing jantan Krincing Wesi milik peternak Bambang Subadyo dari Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, mampu menyingkirkan peserta lainnya.
"Krincing Wesi memenangkan kontes untuk kategori kambing pejantan indukan dengan kualitas super," kata Bambang.
Ia mengatakan Krincing Wesi telah mengikuti berbagai kejuaran, baik tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
"Krincing Wesi pernah juara ke tiga tingkat nasional di Jepara dan masuk 10 besar saat kontes di Wonosobo (Jawa Tengah. Selain itu, kambing ini merupakan maskot kambing PE kabupaten Kulon Progo," katanya.
Selain itu, kata Bambang, peranakan Krincing Wesi yakni Suryo Koco juga menyabet juara kelas IIB di Wonosobo pada Agustus 2015. Kambing PE Krincing Wesi dan keturunannya selama ini memang dikenal berkualitas.
Meski demikian, Bambang mengaku tidak pernah ingin menjualnya. Hal ini sudah menjadi komitmen menjaga popularitas kambing PE Kulon Progo.
"Setiap mengikuti kontes, kami tidak pernah membuka harga. Pernah ada yang menawar Krincing Wesi di atas Rp100 juta, tapi tidak saya lepas. Kalau dijual nanti tidak ada lagi maskotnya," katanya.
Selain itu, kata dia, banyak peternak dari Magelang, Blitar, Wonosobo dan Banjarnegara meminta indukan betina dikawinkan dengan kambingnya, tapi dirinya tidak memperbolehkan.
"Kami ingin menjaga kualitas kambing PE Kulon Progo dan mengembangkan kambing PE di Girimulyo," katanya.
Kabid Peternakan DKPP Kulon Progo Nur Syamsu Hidayat mengatakan peserta kontes diperkirakan mencapai ratusan. Menurutnya, ada dua kontes yaitu kambing PE dan sapi putih. Untuk kontes kambing PE terdiri atas empat kategori, yaitu calon induk, induk, pejantan dan calon pejantan.
"Kontes ini juga sebagai ajang silaturahmi antar peternak, agar mereka saling berbagi mengenai cara pengelolaan dan penjualan," kata Nur Syamsu.

(KR-STR)