Dispertan Kulon Progo kembangkan desa kawasan kakao

id tanaman kakao

Dispertan Kulon Progo kembangkan desa kawasan kakao

Ilustrasi tanaman kakao yang mati (Foto ditjenbun.deptan.go.id) (ditjenbun.deptan.go.id)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan desa kawasan kakao di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, untuk mengdongkrak hasil produksi cokelat di wilayah ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi Harsono di Kulon Progo, Selasa, mengatakan, luas lahan kakao 3.500 hektare, namun yang produktif hanya 2.100 hektare dengan tingkat produktivitas 0,4 ton per hektare.

"Produktivitas kakao di daerah kita sangat rendah yakni 0,4 ton per hektare. Padahal potensi produksi sebesar 1-1,5 ton per hektare. Kami berupaya memperbaiki tanaman dan kondisi lahan kakao dengan menetapkan desa kawan kakao di Banjaroya," kata Bambang.

Ia mengatakan pengembangan kakao sudah masuk dalam rencana kerja 2013 hingga 2017. Perbaikan dan pengembangan tanaman kakao dikalukan secara bertahap, dimulai dengan memberikan bibit, pupuk, memperluas lahan kakao. Ke depan, pihaknya sedang mewacanakan penanganan pascapanen dengan membuat permen dan cokelat dari bahan kakao.

Dia mengatakan proyek kawasan kakao di Desa Bajaroya seluas 60 hektare yang tersebar di empat kelompok tani dari Dusun Pantok Wetan, Pantok Kulon, Slanden, dan Banjaran yang berpartisipasi.

Bambang berharap masyarakat bisa fokus mengembangkan kakao sebagai komoditas utama. Pemkab Kulon Progo tidak melarang ada tanaman lain yang dibudidayakan tapi maksimal hanya tiga macam komoditas. Selain kakao yang harus mendominasi, petani Banjaroya juga diketahui menanam durian, kelapa, dan petai.

"Kami mengharapkan kesadaran masyarakat dan keiklasan dalam mengembangkan kawasan kakao dengan memprioritaskan komoditas tanaman," katanya.

Kepala Bidang Perkebunan Dispertan Kulon Progo Widi Astuti mengatakan proyek percontohan kawasan kakao di Desa Banjoraya terus digarap. Pada 2015, ada program intensifikasi pupuk dan berbagai peralatan penunjang. Kemudian, 2016 nanti untuk pengembangan UPH atau unit pengolahan hasil.

"Kami juga memberikan bantuan pupuk dan sampi kepada petani kakao di Desa Banjaroya, supaya mereka juga mendapatkan tambahan penghasilan selama menanti masa panen kakao," katanya.

(KR-STR)