Garin: UMKM harus didorong jadi makro

id garin

Garin: UMKM harus didorong jadi makro

Garin Nugroho (Foto antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Sineas dan budayawan Garin Nugroho menyatakan usaha mikro, kecil, dan menegah harus didorong dan didukung agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha makro.

"Selama ini yang terjadi usaha mikro masyarakat justru seolah-olah dipertahankan tetap mikro, tanpa ada dukungan agar mereka berkembang menjadi makro," kata Garin Nugroho dalam dialog dengan pelaku UMKM saat pembukaan Pameran Hasil Sinergi Pendamping UKM Berdaya Saing di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, seharusnya produk-produk UMKM harus didukung dengan kebijakan yang membuat mereka mampu bersaing dengan produk-produk impor.

"Misalnya dengan mewajibkan penggunaan batik tulis di instansi pemerintah dan swasta pada hari-hari tertentu," katanya.

Pengurus "Business and Development Services Association" Yogyakarta Romy Heryanto mengatakan, pameran produk UMKM tersebut merupakan salah sau rangkaian kegiatan kongres UMKM se Indonesia.

"Kegiatan pameran UMKM ini juga bagian dari `Temu Nasional Pendamping UMKM ke 2 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada 25 dan 26 Mei 2016.

Ia mengatakan, alasan utama mengadakan kongres UMKM, TNP2 dan MEIFEX, karena ketika Indonesia telah berada dalam iklim Masyarakat Ekonomi ASEAN, terlihat kinerja UMKM belum optimal, disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

"Permasalahan internal antara lain rendahnya jiwa kewirausahaan terutama di level mikro. Berbisnis bagi mereka lebih sebagai upaya bertahan hidup karena gagal bersaing di sektor pekerjaan formal. Bila mereka berkesempatan kembali bekerja sesuai dengan yang diimpikannya, maka bisnisnya dengan segera ditinggalkan," katanya.

Ia mengatakan, permasalahan lain adalah pengelolaan bisnis belum profesional yang ditandai dengan: tidak punya legalitas usaha, belum ada pembukuan sederhana, dan tidak ada pemisahan antara bisnis dengan urusan rumah tangga.

"Kemudian terbatasnya akses ke sumber daya produktif seperti modal, teknologi, pasar, manajemen, SDM," katanya.

Menurut dia, di sisi permasalahan eksternal, UMKM dihadapkan pada kenyataan jumlah usaha mikro yang hampir 98 persen dari total UMKM telah menjadikan UMKM Indonesia berada dalam posisi "berjamaah dalam kemiskinan dan keterbatasan".

"Pajak final satu persen dari omset yang diterapkan kepada UMKM sangat memberatkan. Apalagi untuk usaha pemula. Sulit melakukan formalisasi usaha, karena pengurusan perizinan yang mahal, lama, dan berbelit. Terobosan pemerintah melalui Perpres Nomor 9 tahun 2014 tentang Izin Usaha Mikro Kecil masih jauh dari harapan para UMKM. Ditambah dengan kondisi riil di mana ekonomi kerakyatan perlahan lahan mulai ditinggalkan," katanya.

Romy mengatakan, menghadapi kondisi tersebut, pihaknya menawarkan solusi dengan kata kunci sinergi.

"Karenanya kami mengangkat tema utama Sinergi Memperkokoh Pilar-Pilar UMKM Untuk Akselerasi Kemandirian Bangsa". Sinergi tersebut sangat dibutuhkan sebagai langkah akselerasi untuk mendorong tumbuhnya UMKM yang memiliki entrepreneurship kuat dan skala usahanya layak. Tidak lagi memunculkan usaha mikro yang hanya sekedar bertahan hidup," katanya.

Selanjutnya, kata dia, mewujudkan satu juta UMKM Naik Kelas, agar UMKM memiliki kontribusi yang lebih baik terhadap perekonomian nasional.

"Juga, UMKM yang mampu naik kelas diharapkan menjadi penghela bagi UMKM lainnya untuk terus tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya," katanya.
V001
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024