Dinkes imbau masyarakat waspadai makanan berwarna mencolok

id makanan berbahaya

Dinkes imbau masyarakat waspadai makanan berwarna mencolok

Ilustrasi, petugas malakukan uji lab makanan berwarna mencolok (Foto ANTARA/Eka Arifa.)

Bantul, (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat mewaspadai makanan berwarna mencolok menyusul temuan penggunaan zat pewarna pakaian pada produk pangan yang dijual di pasar tradisional setempat.

"Imbauannya kepada masyarakat pokoknya jangan membeli makanan yang berwarna mencolok, karena itu jelas kandungan bahannya diragukan," kata Kasi Penyelenggaraan Regulasi Dinkes Bantul, Nitakrit, di Bantul, Rabu.

Imbauan itu disampaikan karena dalam pengawasan keamanan pangan yang dilakukan pada Selasa (14/6) di Pasar Bantengan menemukan cendol (bahan pangan pada minuman khas Indonesia) mengandung rodhamin B atau pewarna tekstil.

Bahkan dalam pengawasan keamanan pangan pada jajanan takjil atau menu berbuka puasa di sebelah selatan Pasar Bantul sebelumnya, Dinkes juga menemukan kolang-kaling (bahan pangan pada kolak) yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.

"Kandungan bahan rodhamin B bisa menyebabkan kanker, tetapi efeknya tidak langsung dirasakan, namun terasa tiga sampai empat tahun kemudian. Makanan yang kami temukan mengandung bahan pewarna ini biasanya berwarna pink menyala," katanya.

Selain berwarna mencolok, kata dia, masyarakat juga diimbau mewaspadai makanan berformalin seperti teri nasi dan mi kuning basah, sebab untuk teri nasi yang mengandung zat kimia itu juga ditemukan masih dijual oleh pedagang pasar tradisional setempat.

Nitakrit meminta pembeli agar lebih jeli dalam memilih produk makanan kemasan maupun produk mi instan agar tidak dirugikan sebab ada kemungkinan makanan kedaluwarsa dijual di pasaran.

"Paling tidak lihat tanggal kedaluwarsanya, lihat kemasan apakah masih utuh atau tidak, untuk susu kaleng sudah penyok atau tidak sementara kalau untuk roti bisa dilihat sudah jamuran apa belum," katanya.

Untuk mengantisipasi peredaran makanan tidak layak konsumsi dan berbahan berbahaya, Dinkes Bantul mengintensifkan pengawasan keamanan pangan jelang Lebaran 2016 dengan langsung terjun ke pasar-pasar, swalayan dan toko kelontong untuk meneliti satu persatu produk makanan.

"Sasarannya pasar tradisional, toko-toko kelontong, warung-warung, minimarket terutama di wilayah perbatasan dengan kota (Yogyakarta) yang distribusinya besar dan setiap tahun selalu kami temukan makanan yang tidak memenuhi syarat," katanya. ***4***

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024