Disperindag DIY sarankan industri makanan gunakan gula rafinasi

id Disperindag DIY sarankan industri makanan gunakan gula rafinasi

Disperindag DIY sarankan industri makanan gunakan gula rafinasi

Gula Pasir, dok (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/ss/nz/10.)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta menyarankan pelaku industri kecild an menengah (IKM) di sektor kuliner memanfaatkan gula rafinasi untuk menunjang kualitas produksi seiring dengan masih tingginya harga gula pasir.

"Kami tahu IKM pembuat makanan membutuhkan banyak gula sebagai bahan baku, khusus industri kecil bisa menggunakan rafinasi," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Budi Antono di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, gula rafinasi cocok untuk memproduksi kue atau minuman yang membutuhkan banyak gula, apalagi harganya lebih murah dibandingkan gula pasir biasa.

"Meski demikian gula rafinasi bukan untuk konsumsi rumah tangga, peredarannya juga dibatasi," kata dia.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY Eko Witoyo menyadari harga gula pasir yang hingga saat ini masih mencapai Rp15.000 per kg di pasaran Yogyakarta cukup memberatkan IKM untuk memproduksi makanan dalam skala besar.

Menurut dia upaya stabilisasi harga gula pasir melalui Operasi Pasar (OP) gula pasir akan terus dilanjutkan hingga harga gula pasir di seluruh pasar Kota Yogyakarta rata-rata turun di kisaran Rp13.000 per kg.

OP gula pasir yang diselenggarakan bersama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sejak 6 Juni itu, kata dia, telah dilakukan di sejumlah pasar di Kota Yogyakarta seperti Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, Pasar Sentul, Pasar Demangan, serta Pasar Terban.

Seorang pengusaha bakpia di Yogyakarta, Dini mengaku terbebani dengan tingginya harga gula pasir itu. Dengan harga gula pasir yang tinggi Dini tidak berani menambah stok bakpia untuk kebutuhan Lebaran terlalu banyak.

"Sekarang belum berani menambah produksi terlalu banyak. Kami akan menambah sesuai pensanan saja," kata pemilik merek "Bakpia Kurnia 747" itu.

Biasanya ia membutuhkan gula pasir rata-rat mencapai satu zak per hari. Padahal harga gula pasir, menurut dia, saat ini mencapai Rp750 ribu per zak dari sebelumnya Rp600 ribu per zak.

"Menurut saya kenaikan harga gula pasir ini paling tinggi selama beberapa tahun terakhir ini," kata dia.

(T.L007)