Psikolog: masyarakat mudah ditipu karena berorientasi duniawi

id UAD

Psikolog: masyarakat mudah ditipu karena berorientasi duniawi

Psikolog Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Elli Nur Hayati PhD (kiri) dan Dr. Hadi Suyono (kanan) memberikan keterangan di UAD. (Foto Antara/Bambang Sutopo Hadi)

Yogyakarta (Antara) - Sebagian masyarakat Indonesia masih berorientasi duniawi dalam hidup beragamanya sehingga mudah ditipu, kata psikolog dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Elli Nur Hayati.

"Hal itu ditunjukkan dengan adanya fenomena penggandaan uang. Sebagian masyarakat masih percaya dengan fenomena tersebut sehingga berupaya menggandakan uangnya dengan cara yang tidak masuk akal," kata Elli di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, fenomena penggandaan uang sebenarnya banyak terjadi di Indonesia, tetapi yang nilai uangnya sangat besar adalah kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Selain uang, korban penipuan penggandaan uang oleh Dimas Kanjeng juga sangat banyak.

Dalam kasus tersebut, kata dia, Dimas Kanjeng piawai dalam memberikan harapan yang menimbulkan optimisme jamaahnya untuk mendapatkan uang berlipat ganda dari sejumlah uang yang disetorkan.

"Optimisme menjadi magnet bagi sebuah komunitas untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pemimpinnya," kata Elli yang juga Ketua Dewan Pakar Clinic for Community Empowerment (CCE) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Ia mengatakan Dimas Kanjeng juga piawai dalam mengemas pesan-pesannya dalam bahasa spiritual seperti akan menjamin jamaahnya masuk surga jika jamaah bersedia bergabung dalam kegiatannya.

"Hal itu yang disebut komitmen spiritual, meskipun sifatnya sangat perifer dan tidak rasional. Namun, penampilan dan metode yang digunakan Dimas Kanjeng memiliki `hallo effect` yang menimbulkan dampak kepercayaan dan keyakinan dari jamaahnya," kata Elli.

Dalam konteks itu, menurut dia, apa yang dilakukan Dimas Kanjeng adalah bentuk "pemberdayaan" masyarakat yang dilakukan untuk misi negatif karena sifatnya menjerumuskan secara akidah dan menipu secara lahiriah.

Ia mengatakan untuk mencegah terulangnya fenomena Dimas Kanjeng, masyarakat diharapkan kritis dalam menerima ajaran terutama ajaran agama yang menggunakan cara-cara tertentu yang berorientasi pada nilai-nilai keduniawian seperti uang dan emas.

"Dengan berpikir kritis, masyarakat tidak mudah ditipu oleh hal-hal yang bersifat instan dan tidak masuk akal seperti penggandaan uang," kata dosen Fakultas Psikologi UAD itu.

(B015)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024