Dinsos DIY imbau masyarakat laporkan kasus eksploitasi anak

id Dinsos DIY imbau masyarakat laporkan kasus eksploitasi anak

Dinsos DIY imbau masyarakat laporkan kasus eksploitasi anak

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengamankan dua pengemis yang baru saja tertangkap ke atas truk di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (26/5/2016). (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Yogyakarta,  (Antara Jogja) - Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat melaporkan setiap indikasi kasus eksploitasi anak di bawah umur yang dilakukan para pengemis atau pengamen.

"Ketika mengetahui ada eksploitasi anak kecil yang dimanfaatkan untuk mengamen atau mengemis silakan langsung dilaporkan saja," kata Kepala Dinas Sosial DIY Untung Sukaryadi di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Untung, gelandangan dan pengamis yang dimungkinkan masih bermunculan di Yogyakarta rata-rata berasal dari luar daerah. Dengan kedatangan mereka yang tak terduga itu membuat Dinsos DIY sulit mengawasi mereka setiap saat.

"Mereka spontan, kadang pagi datang dan sore sudah pulang ke daerahnya. Mereka ada yang murni karena miskin namun juga ada yang mengemis sebagai profesi," kata dia.

Kendati jumlah pengamen dan pengemis, menurut dia, mulai sulit ditemukan sejak pencanangan bebas gelandangan dan pengamen sejak 2015, petugas Dinas Sosial (Dinsos) kabupaten/kota bersama jajaran Sat Pol PP terus melakukan razia.

"Kalau dulu sering kita temukan hampir di setiap perempatan jalan besar ada tiga hingga empat pengamen dan pengemis tapi sekarang hampir sudah tidak ada lagi," kata dia.

Meski dilakukan razia, menurut Untung, petugas di lapangan tidak dapat melakukan pengawasan setiap waktu karena gelandangan dan pengamen ini berbaur dengan masyarakat.

Termasuk jika ada eksploitasi anak yang dibawa untuk mengamen atau mengemis masyarakat kami harapkan mengadukannya kepada Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) di masing-masing kecamatan atau langsung ke Dinas Sosial kabupaten/kota atau provinsi.

Untung menyebutkan hingga saat ini jumlah gelandangan dan pengemis yang masih berada di Camp Assesment Yogyakarta mencapai 90 orang. Sedangkan gelandangan psikotik mencapai 102 orang dan di Panti Karya Yogyakarta mencapai 102 orang.

Menurut Untung, melalui camp Assesment para gelandangan, pengemis mendapatkan pengarahan dan pembinaan. Khusus bagi gelandangan psikotik, petugas sosial memberikan pelayanan mulai memandikan, memberikan makan, hingga memberikan seragam. "Jadi mereka ini justru dimanusiakan. Kami juga menghindari cara-cara kasar dalam melakukan razia," kata dia.

(T.L007)