Sleman, (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan status siaga banjir dan tanah longsor akan diperpanjang mengingat hujan lebat diperkiarakan akan berlangsung hingga Januari 2017.
"Jika melihat prediksi dari BMKG Yogyakarta yang menyebutkan curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi hingga Januari 2017, maka ada kemungkinan status siaga bajir dan longsor akan diperpanjang," kata staf BPBD DIY Nugroho Wahyu di Sleman, Senin.
Menurut dia, sebelumnya status siaga bencana banjir dan longsor diberlakukan hingga 30 November 2016, namun karena kondisi di lapangan maka kemungkinan akan diperpanjang.
"Bisa jadi status siaga banjir dan longsor diperpanjang hingga Februari 2016," katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan mengatakan siaga darurat bencana banjir dan longsor masih diberlakukan hingga 30 November 2016.
"Namun setelahnya kemungkinan bisa diperpanjang. Sebab, puncak hujan baru akan terjadi pada awal 2017 mendatang. Berdasar informasi dari BMKG Yogyakarta, puncak hujan sampai Februari 2017," katanya.
Menurut dia, dengan kondisi curah hujan yang tinggi maka bencana banjir dan longsor berpotensi besar terjadi, sehingga masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencaba.
"Terutama masyarakat yang sering beraktivitas di aliran sungai, karena potensi bajir cukup tinggi. Termasuk juga sungai-sungai berhulu Merapi yang rawan terjadi banjir lahar dingin," katanya.
Sementara anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Umbulharjo. Cangkringan Sleman Badiman mengatakan dalam kejadian hujan deras beberapa waktu terakhir aliran banjir sudah terlihat meski intensitasnya kecil.
"Banjir sudah ada, tapi masih kecil di beberapa aliran sungai-sungai yang berhulu Gunung Merapi, seperti Opak, Kuning, Gendol," katanya.
Ia mengatakan, di aliran sungai-sungai tersebut, meski sudah terlihat ancamannya, tetap saja ada yang masih beraktivitas menambang pasir.
"Hanya sebagian saja, mulai berkurang ketika hujan deras. Sebagian yang masih nekat melakukan penambangan tersebut, bukan warga dari Cangkringan. Melainkan luar daerah, terutama Jawa Tengah. Kalau warga sendiri, sudah sadar," katanya.
Badiman mengatakan, aktivitas penambangan pasir juga sudah berkurang sejak awal November. Mereka yang menggunakan alat berat, diketahuinya telah dilarang.
"Sejak 5 November alat berat sudah ditarik," katanya.
Ia mengatakan, warga maupun relawan yang ada juga terus melakukan pengawasan. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat bencana banjir maupun tebing longsor yang sudah sering terjadi.
(U.V001)
Berita Lainnya
Status Gunung Ruang, Sulut, turun, skenario evakuasi warga tetap penting
Senin, 22 April 2024 14:10 Wib
Pengungsi Gunung Ruang butuhkan selimut-alat kebersihan
Rabu, 17 April 2024 7:12 Wib
Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, meletus
Rabu, 17 April 2024 5:42 Wib
Aparat diminta siaga menghadapi puncak arus balik Lebaran 2024
Senin, 15 April 2024 0:11 Wib
Dishub Bantul menyiagakan personel di empat posko ruas jalur wisata Lebaran
Sabtu, 6 April 2024 21:56 Wib
Dinkes Bantul: Rumah sakit dan puskesmas siaga IGD 24 jam libur Lebaran
Sabtu, 6 April 2024 16:41 Wib
Dinkes Bantul membentuk tim kesehatan siaga di posko pengamanan Lebaran
Jumat, 5 April 2024 15:14 Wib
Sembilan RS di Kulon Progo siaga selama libur Lebaran
Jumat, 5 April 2024 9:23 Wib