Disbudpar Sleman swafoto dongkrak popularitas desa wisata

id desa wisata

Disbudpar Sleman swafoto dongkrak popularitas desa wisata

Desa Wisata Gamplong (Foto jogja.antaranews.com)

Sleman (Antara) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya mendongkrak popularitas desa wisata setempat dengan membangun spot ikonik untuk swafoto atau "selfie" secara khusus.

"Saat ini tren swafoto di lokasi wisata banyak dilakukan masyarakat atau wisatawan, karena itu kami manfaatkan dengan membuat spot swafoto ikonik di desa wisata," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Endah Sri Widiastuti, Minggu.

Menurut dia, untuk permulaan spot ikonik yang sedang dibangun yakni di Desa Wisata Gamplong, Kecamatan Moyudan; Desa Wisata Pentingsari di Cangkringan, dan Desa Wisata Kelor di Turi bersama pengelola.

"Fasilitas `photo booth` untuk penggemar swafoto ini dibuat dengan menonjolkan karakter desa wisata setempat sehingga bisa mewakili potensi wisata yang ditawarkan. Nantinya, semua desa wisata juga bisa memunculkan langkah serupa sehingga lebih banyak daya tarik untuk wisatawan," katanya.

Ia mengatakan upaya ini juga menjadi bagian cara untuk meningkatkan angka kunjungan ke desa wisata yang selama ini terhitung masih kecil dibandingkan dengan objek wisata lain.

Pada 2015, total kunjungan wisatawan ke 30 desa wisata di Sleman tercatat sekitar 214.000 pengunjung yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 213.237 orang dan wisatawan mancanegara tercatat 1.613 orang.

"Namun kami tetap optimistis, karena jumlah tersebut mengalami tren peningkatan tiap tahun. Pada 2011, pengunjung hanya sekitar 145 ribu orang lalu meningkat jadi 149 ribu pada 2013. Pada 2014, jumlahnya kembali meningkat jadi 177.000 orang wisatawan," katanya.

Endah mengatakan desa wisata paling ramai kunjungan selama 2015 adalah Pulesari sebanyak 56.562 wisatawan, Blue Lagoon 43.215 wisatawan, Pentingsari 29.036 wisatawan, Rumah Dome 27.873 wisatawan, dan Srowulan 23.604 wisatawan.

"Desa wisata lain angka kunjungannya masih tertahan di angka sekitar 3.000 hingga 9.000 wisatawan. Secara umum, sebagian desa wisata di Sleman sudah dikunjungi wisatawan asing meski masih minim. Wisatawan mancanegara memang belum jadi target utama desa wisata," katanya.

Selain pembuatan spot ikonik, Disbudpar juga berupaya mendorong pengelola desa wisata untuk membuat paket-paket wisata dan atraksi yang menarik sesuai minat wisatawan.

"Kami juga terus memotivasi pengelola desa untuk melakukan promosi `online` dan bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk industri perhotelan," katanya.

Hasil inventarisasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, pada 2016 ini tercatat ada 39 desa wisata. Sebanyak 14 desa di antaranya terklasifikasi tumbuh, delapan desa klasifikasi berkembang, dan sembilan desa klasifikasi mandiri. Delapan desa wisata lain tercatat mati suri.

(V001)
Pewarta :
Editor: Hery Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2024