ANRI: Digitalisasi arsip nasional baru 30 persen

id digitalisasi arsip

ANRI: Digitalisasi arsip nasional baru 30 persen

Ilustrasi pengelolaan arsip (Foto: jogja.antaranews.com)

Yogyakarta, 6/12 (Antara) - Arsip Nasional Republik Indonesia menyebutkan hingga akhir tahun ini program digitalisasi arsip negara baru mencapai 30 persen dari jutaan lembar data yang merekam sejarah bangsa.

"Dari 29.000 kotak arsip yang kami simpan, baru 30 persen yang sudah dilakukan digitalisasi," kata Kepala Deputi Konservasi Arsip Nasional RI (ANRI) M. Taufik di Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan hingga saat ini ANRI menyimpan jutaan arsip negara mulai zaman Hindia-Belanda berupa lembaran kertas yang apabila dijajarkan memiliki panjang 30 kilometer, ditambah dokumen film dan foto sejarah.

"Kami melakukan digitalisasi rata-rata 100 sampai 200 kotak arsip setiap tahun," kata Taufik.

Taufik mengatakan digitalisasi merupakan solusi penting untuk menjaga keamanan dan kelestarian arsip negara sebagai cadangan apabila terjadi peristiwa tidak terduga seperti bencana. Di sisi lain, digitalisasi arsip juga memudahkan akses publik untuk membuka arsip koleksi ANRI.

"Peristiwa bencana tidak bisa kita prediksikan kapan akan terjadi, sehingga "backup" data memang kami perlukan," kata dia.

Menurut Taufik, lambatnya proses digitalisasi arsip disebabkan minimnya anggaran yang dimiliki ANRI. Apalagi proses digitalisasi membutuhkan biaya yang cukup mahal. "Digitalisasi arsip itu tidak murah. Kami juga mengimbau pemerintah agar dukungan digitalisasi arsip ditingkatkan baik melalui anggaran maupun kebijakan," katanya.

Untuk menyelesaikan proses digitalisasi seluruh arsip, menurut dia, ANRI membutuhkan anggaran triliunan rupiah. Sehingga ia berharap anggaran ANRI mulai 2017 dapat ditingkatkan menjadi Rp5 miliar, dari sebelumnya rata-rata Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar.

Untuk mempercepat proses digitalisasi arsip, ANRI juga menjalin kerja sama dengan Arsip Nasional Belanda serta organisasi non-pemerintah (NGO) di Belanda. "Selain membantu digitalisasi, mereka juga ingin memperoleh data arsip yang sudah berstatus terbuka untuk publik," kata dia. ***4***
Pewarta :
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
COPYRIGHT © ANTARA 2024