Disdikpora: pengentasan buta aksara DIY meningkat

id Disdikpora: pengentasan buta aksara DIY meningkat

Disdikpora: pengentasan buta aksara DIY meningkat

ilustrasi (antaranews)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan angka pengentasan buta aksara di lima kabupaten/kota terus meningkat setiap tahun sehingga target bebas buta aksara pada 2017 diyakini tercapai.

"Kami yakin pada 2017, sekitar 95 persen penduduk DIY sudah melek akasara karena pada 2015 sudah tercapai 93,25 persen," kata Kepala Seksi Kesetaraan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY Heni Indarti di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Heni, bebas buta aksara ditargetkan tercapai sekurang-kurangnya 95 persen dari seluruh jumlah penduduk. "Tidak mungkin kami mengatakan 100 persen karena jumlah penduduk juga terus bertambah setiap tahun," kata dia.

Ia mengatakan sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah diverifikasi ulang oleh tim dari Disdikpora DIY, jumlah penduduk buta aksara pada 2014 masih mencapai 29.064 orang. Tertinggi di Kabupaten Gunung Kidul mencapai 11.479 orang, disusul Bantul 8.335 orang, Sleman 5.780 orang, Kulon Progo 2.660 orang, dan Kota Yogyakarta 810 orang.

"Angka buta aksara tertinggi usia 45-59 tahun," kata dia.

Selanjutnya, kata dia, setelah adanya pembentukan Tim Koordinasi Penuntasan Buta Aksara dengan menggencarkan Pendidikan Keaksaraan Dasar (PKD) sejak 2015, jumlah penduduk melek akasara terus meningkat.

Heni menyebutkan, pada 2015 peserta didik PKD yang telah menerima Sertifikat Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma) sebanyak 2.500 orang dan pada 2016 jumlah penerima Sukma sebanyak 11.100 orang. Sehingga total keseluruhan sejak PKD diberlakukan mulai 2013 hingga 2016, penerima Sukma yang sebelumnya buta aksara di DIY mencapai 25.900 orang.

"Dalam PKD kami tetap menekankan pengajaran mengenai calistung (membaca, menulis, berhitung)," katanya.

Selain itu, pihaknya juga telah mempersiapkan program keaksaraan usaha mandiri (KUM) yang akan menyediakan Rp4.600.000 untuk tiap kelompok yang masing-masing terdiri atas 10 orang lulusan PKD.

Sehingga dengan warga tuna aksara diharapkan akan memiliki kecakapan kewirausahaan. Hal itu diupayakan karena, menurut dia, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi sudah tidak memungkinkan.

"Bagi tuna aksara dengan usia minimal 35 tahun, memang cenderung kami arahkan untuk memiliki kecakapan hidup antara lain melalui pelatihan kewirausahaan," kata dia.







(T.L007)