Bulog DIY gelar OP cabai rawit merah

id Operasi pasar cabai

Bulog DIY gelar OP cabai rawit merah

Cabai rawit merah (Foto kedaicemerlang.indonetwork.co.id) (kedaicemerlang.indonetwork.co.id)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menggelar Operasi Pasar Cabai Rawit Merah untuk menekan harga komoditas itu di pasaran.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) DIY Miftahul Adha di Yogyakarta, Rabu, mengatakan operasi pasar (OP) tahap pertama itu khusus menjual cabai rawit merah dengan harga Rp85.000 per kilogram (kg). OP itu digelar di sejumlah Rumah Pangan Kita (RPK) Kota Yogyakarta.

"Untuk sementara di Kota Yogyakarta dulu sebagai tahap penjajakan, nanti akan terus kami evaluasi lagi untuk diperluas di kabupaten," kata dia.

Miftah mengatakan meski masih tinggi, harga jual cabai rawit merah Rp85.000 per kg paling memungkinkan untuk diberlakukan dalam OP saat ini. Selain masih di bawah harga jual di pasaran yang rata-rata masih di kisaran Rp90.000 per kg, petani di DIY menjual cabai rawit merah kepada Bulog dengan harga Rp80.000 per kg.

"Sekarang `kan Bulog memang belum memiliki lahan cabai sendiri. Sehingga kami membeli dari petani yang masih menjual Rp80.000 per kg," kata dia.

Menurut Miftah, harga jual untuk masyarakat dalam OP cabai rawit merah masih akan terus dievaluasi, sebab harga normal komoditas itu seharusnya masih di kisaran Rp20.000-Rp25.000 per kg. "Sambil jalan akan terus kami evaluasi," kata dia.

Berdasarkan pemantauan Disperindag DIY harga cabai rawit merah di Pasar Demangan, Pasar Bringharjo, dan Pasar Kranggan Yogyakarta per 10 Januari 2017 mencapai Rp90.667 per kg. Sejumlah jenis cabai lain juga masih stabil tinggi, seperti cabai rawit hijau masih dijual Rp55.000 per kg, cabai merah besar Rp33.667 per kg dan cabai merah keriting Rp44.333 per kg.

Sebelumnya, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY (BKPP DIY) Arofah Noor Indriani mengatakan produksi cabai di DIY sesungguhnya berlebih atau jauh lebih tinggi dari kebutuhan masyarakat.

Menurut dia, rata-rata produksi cabai di DIY mencapai 80 ton per tahun, sementara kebutuhan masyarakat hanya berkisar 20-25 ton per tahun. "Produksi cabai DIY sesungguhnya 3-4 kali lipat dari kebutuhan," kata dia.

Namun demikian, menurut dia, 75 persen produksi cabai di DIY lebih banyak disalurkan ke daerah-daerah lain seperti Jawa Barat dan DKI Jakarta. Selain kualitas cabai di DIY banyak diminati daerah lain, petani cabai di DIY lebih memilih menjual ke daerah lain karena dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

"Sehingga, untuk mencukupi kebutuhan masyarakat DIY, kita justru harus mendatangkan dari daerah lain seperti Muntilan dengan harga yang lebih tinggi," kata dia.

Pemda DIY, menurut dia, tidak memiliki instrumen untuk mengendalikan lalu lintas perdagangan cabai agar tidak banyak mengalir ke luar daerah.

"Kami tidak bisa mengendalikan," kata dia

(L007)