Kasus leptospirosis di Bantul turun

id leptospirosis Bantul

Kasus leptospirosis di Bantul turun

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Bantul, 25/1 (Antara) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat kasus leptospirosis di daerah ini sepanjang 2016 menurun dibanding kasus serupa pada 2015.

"Kalau kasus leptospirosis di Bantul kecenderungan tidak tinggi lagi, 2016 hanya ada 73 kasus," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Pramudi Darmawan Wongsowidjojo di Bantul, Rabu.

Menurut dia, kasus penyakit akibat bakteri leptospira yang terdapat dalam air kencing tikus di wilayah Bantul sepanjang 2015 berjumlah 87 kasus. Pada 2016 turun sekitar 16 persen menjadi 73 kasus.

Ia mengatakan kasus kematian pasien akibat penyakit leptospirosis selama dua tahun terakhir juga turun, yakni lima kasus meninggal dari total kasus pada 2015 dan empat pasien meninggal dari total kasus pada 2016.

"Kasus leptospirosis bisa menyerang orang dewasa maupun anak-anak. Wilayah-wilayah yang sering terkena leptospirosis itu biasanya dekat daerah aliran sungai," katanya.

Pramudi mengatakan penderita penyakit leptospirosis di Bantul mayoritas merupakan petani atau mereka yang sering masuk persawahan dan tidak menyadari kalau di dalam air sawah terdapat air kencing tikus yang mengandung leptospira.

"Ada dinas sendiri yang memberi imbauan ke petani, namun kami selalu ajak petani supaya kalau ke sawah pakai sepatu bot atau pelindung kaki agar tidak terkena leptospirosis. Tapi tidak mudah juga," katanya.

Namun demikian, kata dia, tidak menutup kemungkinan penyakit leptospirosis menyerang warga yang tidak bekerja di sawah karena tertular melalui air yang masuk ke rumah saat terjadi banjir.

"Ditularkan melalui air di rumah bisa saja kalau banjir, misalkan rumahnya kebanjiran dan ada luka di kaki kena air bisa terkena leptospirosis," katanya. ***4***
Pewarta :
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
COPYRIGHT © ANTARA 2024